Link FF Naomi a.k.a Pudding~

Standard
      1. MORTE (oneshot)
      2. THE TRUTH
        THE TRUTH 2 (on going)
      3. The Boy’s Letter [Sequel Of Secret](oneshot)
      4. SECRET!(oneshot)  
      5. For You Is Separation, For Us Is Waiting (oneshot)
      6. BEGIN prolog (on going)
      7. FOUND YOU 1
        FOUND YOU 2 (stoped?)
      8. My Boyfriend Is A Cat 1
        My Boyfriend Is A Cat 2 (End)
ini link ff pudding, biar lebih mudah bacanya~
douzo ^^


FF/ YunJae/ MORTE / Yaoi/ Oneshot

Standard

annyeong~ saya datang lg ><

ini ff oneshot terpanjang yg pernah pudding bikin, dan yaah ceritanya agak ngawur XD

ff ini terinspirasi dari lagu Free by Haley Reinhart dan komik Hell Girl ^^

douzo 😀

*****************************

Tittle: MORTE
Author: Naomi a.k.a Pudding~
Rating: PG-15
Genre: little romance, yaoi, hurt(?), angst(?), tragedy(?)
Lenght: oneshot
Cast:

  • Jung Yunho
  • Kim Jaejoong
  • Shim Changmin
  • Park Yoochun
  • And many more

************************

Morte.

 

Sebuah pulau terpencil dipesisir selatan negara Korea Selatan yang bahkan tidak terdapat di peta atau atlas manapun. Hanya sekitar 500 penduduk yang tinggal disana. Morte ditemukan oleh seorang professor asal Itali yang berkelana ke Korea Selatan hampir seribu tahun yang lalu. Ia menamakan pulau itu Morte, yang artinya ‘Kematian’ dalam bahasa Itali.

 

Kematian?

 

Kenapa Kematian?

 

Ya, karena pulau itu seperti mati. Kematian dalam arti yang berbeda. Karena bahkan penduduk Morte, akan membunuh penduduk nya sendiri untuk ego mereka masing- masing.

 

Dan namja itu lah yang menjadi korban mereka.

 

********************

DOR

 

DOR

 

DOR

 

Suara tembakan terus terdengar tanpa berhenti di sebuah hutan yang lebat. Korban terus menerus berjatuhan hanya karena melawan seorang namja, yang bahkan namja itu hanya menggunakan satu gun biasa di tangannya.

“Fuuh..” namja itu meniup asap yang keluar dari gun nya. Ia tersenyum menatap para korban yang tergeletak tak berdaya. Senyuman yang tampak berbeda dengan senyuman manusia kebanyakan. Senyuman itu terlihat begitu puas, dan haus. Ia menginjak salah seorang korban yang berusaha kabur dengan tergopoh- gopoh.

“mau kemana kau, hmm? Kau pikir kau bisa kabur?” namja itu menjambak rambut ‘mangsa’ nya hari ini. Ia tersenyum menatap korbannya yang terlihat begitu ketakutan.

BRAK!

 

“Aaaakkhh..”

Namja itu menginjak wajah korban itu dengan sekali hentakan. Korbannya yang begitu malang berteriak sekencang- kencang nya saat mendapati wajahnya hancur, dan tidak beberapa lama kemudian teriakan itu sudah tidak terdengar. Ia tewas.

“itu akibatnya karena membuat nae BooJae menderita.” Ucap namja itu sebelum benar- benar pergi meninggalkan mayat- mayat yang tergeletak tak berdaya.

***

Keesokan harinya di sebuah kediaman sederhana, tinggal seorang namja tampan yang terlihat sedang menonton sebuah berita dengan amat serius.

‘Kembali terjadi pembunuhan beruntun di pulau terpencil Morte. 11 orang meninggal dengan luka tembakan di tubuh mereka. Polisi masih menyelidiki pembunuh……..’

 

Klik

 

Namja bernama Shim Changmin itu segera mematikan televisi nya sebelum menonton berita itu sampai habis. Ia mengehla nafas beratnya yang sedari tadi ia tahan.

“Yunho hyung, itu pasti kau…”

Klek

Changmin mengarahkan pandangannya menuju sumber suara. Dan yang benar saja, Jung Yunho sedang bertengger disana sambil meletakkan tas selempangnya dengan sembarang.

“Hyung! Bisakah kau berhenti melakukannya?! Tidak tahu kah kau bahwa-”

“Ani, aku tidak bisa.” Yunho langsung memotong perkataan Changmin sebelum namja jangkung itu melanjutkan. Changmin nampak beram. Ia mengepalkan kedua tangannya erat –untuk meredamkan kemarahannya.

“Ya! Hyung! Apa untungnya kau melakukan itu?”

Yunho menatap Changmin lurus- lurus, membuat Changmin sedigit berdigik. Bagaimana mungkin Changmin berdigik hanya karena sebuah tatapan. Tapi seperti itulah yang Changmin rasakan sekarang. Tampaknya aura membunuh seorang Jung Yunho telah bangkit kembali.

“karena mereka sudah membuat Joongie ku menderita. Dengan begini Jaejoongie akan bahagia, ne?”

Yunho mengalihkan pandangannya menatap seorang namja yang ia panggil ‘Jaejoongie’ itu. Yunho tersenyum. Senyuman yang sangat lembut. Senyuman yang sangat berbeda dan tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Tampak Jaejoongie alias Kim Jaejoong membalas senyuman lembut kekasih nya. Kekasih? Ya, mereka sepasang kekasih.

“Hyung, tapi kan..”

“Sudahlah Shim Changmin, aku ingin tidur!”

BLAM

 

Changmin menatap parau pintu jati yang baru saja di tutup oleh kakak sepupunya itu. Ya, hanya Changmin yang tahu bahwa pembunuh yang tidak memiliki hati itu adalah seorang Jung Yunho, sepupu nya sendiri. Dan hanya Changmin seorang yang tahu sebuah ‘rahasia’ hyung nya itu.

“aku tidak boleh membiarkannya.” Ucap Changmin yakin sebelum berlalu ke kamar nya.

Hari berganti hari, malam berganti malam. Kembali Jung Yunho melakukan ‘aktifitas’ nya memburu semua orang untuk membalaskan dendam BooJae nya itu. Dendam? Bahkan sepertinya Kim Jaejoong sudah melupakan dendamnya.

“k-kau Yunho? kau kah pembunuh itu?” tanya salah satu ‘mangsa’ nya hari ini dengan ketakutan. Yunho tersenyum, dan menjawab,

“ya, benar. Wae?” senyuman Yunho segera tergantikan dengan tatapan membunuh. Mangsa nya itu memandang Yunho takut- takut. Keringat dingin terus saja turun dari pelipis nya.

“a-apa yang kau mau dari ku?”

“tentu saja membunuh mu, Go Ara.” Tanpa aba- aba Yunho langsung melayangkan tembakannya ke arah kepala Go Ara sebelum yeoja itu membalas perkataan Yunho.

“hmm… bagaimana BooJae? Kau senang?” Yunho mengelus rambut hitam legam Jaejoong dengan lembut dan tersenyum. Jaejoong mengangguk. Senyuman kebahagiaan tak terlepas dari bibir merah plum nya.

“Saranghae, jeongmal saranghae.” Ucap Yunho possessive. Jaejoong membalas pernyataan Yunho dengan senyuman saja, tak membalas dengan kata- kata manis.

“ayo, kita pulang.” Ajak Yunho setelah ia membunuh 9 korbannya hari ini.

I still need you and you still need me
This tug of war
Can’t go on anymore
Nobody wins from this misery
Free
Well oh can’t you see
I wanna be
I want you to be free, Joongie~

 

****

“hikss.. hikss..” suara tangisan yang entah dari mana asalnya terus membayang- bayangi Yunho. Namja tampan itu berjalan dengan sangat pelan mencari sumber suara berasal.

“hiks.. hentikanlah..” suara tangisan itu semakin kencang. Yunho melihat seorang namja duduk menghadap belakang. Ia mengenakan baju putih- putih yang sama dengan warna kulitnya.

“gwenchana?” Yunho menepuk pundak namja itu. Namja itu menoleh dan sesekali mengerjap- ngerjapkan matanya polos.

DEG!

 

“Jaejoong? BooJae? Waeyo? Kenapa kau menangis?” Yunho berjongkok dan menghapus air mata Jaejoong yang tak henti- hetinya turun dari ekor mata bulat indahnya.  Raut kecemasan begitu terpancar di wajah maskulin Jung Yunho. Jaejoong menghentikan tangan Yunho yang masih berusaha menyapu air mata Jaejoong.

“hentikanlah..”

“eh? M-mwo?” Yunho mengerjap- ngerjapkan matanya berkali- kali. Ia masih mencerna setiap perkataan Jaejoong.

“hentikanlah.. jangan membunuh orang lagi.”

Mata Yunho melebar saat melihat tubuh Jaejoong yang memudar. Dan tak beberapa lama kemudian, sosok indah itu menghilang.

“JAEJOONG!!!!”

BRAK!

 

“haah.. hahh.. mimpi?” Yunho mengatur nafas nya yang tersenggal- senggal. Dada bidangnya naik turun tidak beraturan. Keringat dingin terus saja turun dari pelipis namja bermarga Jung itu.

“BooJae, k-kau dimana? BooJae?” wajah Yunho panik saat tidak mendapati sosok yang ia cintai berada. Mata musang nya ia edarkan ke seluruh penjuru kamar. Yunho menyibak selimutnya. Nihil. Jaejoong tidak ada disana. Yunho panik, benar- benar panik. Biasanya ia akan terbangun dengan senyuman saat melihat wajah malaikat Kim Jaejoong masih tertidur di sampingnya, namun tidak untuk hari ini.

KLEK

 

“H-hyung! Gwenchana?” tanya Yunho khawatir saat melihat wajah pucat Yunho. Ia meletakkan nampan berisi makanan itu di nakas dan segera menghampiri sepupunya itu.

“Changmin..  Jaejoong, BooJae dimana?” parau Yunho. Changmin menghela nafasnya berat, sepertinya sudah saatnya ia memberitahu kenyataan pahit kepada Yunho.

“Hyung.. Jaejoong hyung sudah tidak ada, dia sudah meninggal..”

“Andwae!! Jaejoongie masih ada! Kemarin dia ada min!” teriak Yunho putus asa. Air mata yang sejak tadi ia tahan jatuh mengalir begitu saja di pipinya. Hancur. Jung Yunho, pembunuh berdarah dingin itu hancur sekarang.

“Hyung sadarlah, Jaejoong sudah meninggal 2 tahun yang lalu..”

Yunho masih berusaha mencerna perkataan Changmin. Yunho sudah tahu, bahkan sangat tahu bahwa Jaejoong sudah tidak ada. Ia hanya menghayal, karena ia tidak ingin kehilangan sosok yang berharga.

Jaejoong sudah meninggal, di tangan para penduduk yang bodoh.

***

500 tahun yang lalu, pulau Morte tetap sejahterah dan tidak ada yang berubah. Seorang namja cilik imut terlihat sedang bermain bersama dengan seorang namja kecil yang tampan.

BRUK

“Ahh..”

Namja tampan itu segera berbalik dan mendapati namja imut yang sedang meringkuk kesakitan.

“uuh Chunie sakit hiks..” namja bernama Kim Junsu itu menangis kesakitan.

“shh sudah ne?” Kim Yoochun meniup- niup luka Junsu. Ia mengambil tisu dari kantong hanbok nya dan mengelap luka Junsu. Kim Yoochun dan Kim Junsu adalah saudara yang tidak sedarah. Keluarga Yoochun menemukan Junsu di depan rumahnya saat masih bayi. Dan keluar Yoochun member nama dirinya ‘Kim Junsu’. Mereka bahkan sudah menganggap Junsu sebagai keluarga mereka.

Keluarga Kim memang terkenal karena kebaikannya. Dan di pulai itu juga hanya satu keluarga yang memiliki marga ‘Kim’.

“ku gendong, ne?” Junsu mengangguk patuh. Yoochun sudah seperti kakak baginya, bahkan lebih. Yoochun menggendong Junsu menuju rumah sederhana mereka. Yoochun menyipitkan matanya saat melihat orang- orang asing yang mengerubungi rumahnya. Yoochun menurunkan Junsu dan segera menuju rumahnya, firasat buruk tiba- tiba menyergap hatinya.

“u-umma? Waeyo?” Yoochun tampak panik saat melihat umma nya menangis sejadi- jadinya. Begitu juga appa nya yang terlihat memohon kepada orang- orang asing itu.

“tidak bisa. Kita harus melakukan upacara persembahan kepada Dewa yang dilakukan 10 tahun sekali untuk kesuburan desa.”

DEG!

Firasat Yoochun benar- benar buruk sekarang. Ia menatap salah seorang namja asing yang baru saja berbicara.

“ta-tapi kenapa harus Junsu?” sekarang umma Yoochun yang bersuara. Yoochun menatap umma dan orang itu bergantian.

“karena Junsu adalah anak yang tepat. Persembahan dilakukan kepada namja berumur 5 tahun. Dan di pulau ini hanya Junsu namja yang berumur 5 tahun.”

“Andwae!! Kalian tidak boleh membawa Junsu!!” teriak Yoochun. Ia berteriak sejadi- jadi nya saat mengetahui apa yang akan terjadi. Nasib buruk akan menimpa Junsu.

“sudah, bawa saja dia.” Suruh seorang namja dewasa kepada yang lainnya. Seorang namja berbadan besar langsung menggendong tubuh mungil Junsu pergi.

“Aniyo, hikss aku tidak mau! Chunie!!”

****

Keesokkannya upacara persembahan itu diadakan. Junsu mengenakan hanbok putih dengan bunga krisan di kepalanya. Beberapa penduduk membawa lilin termasuk Yoochun. Sang Umma menangis sejadi- jadinya dipelukan suami nya.

“Andwae, aku tidak mau masuk sini!”

“masuklah!”

BRAK!

Pintu sebuah kuil besar ditutup dengan meninggalkan namja malang yang tak lain adalah Junsu. Sudah hampir 2 jam Junsu meringkuk di kuil itu. Ia menangis dan terus menangis, berharap ada orang yang akan menolongnya keluar dari kuil yang gelap itu.

KLEK

Junsu mengadahkan kepalanya saat melihat seberkas cahaya yang mulai masuk ke dalam kuil. Yoochun. Kim Yoochun berada disanan.

“C-Chunie hyung?”

Grep

Tanpa aba- aba Yoochun langsung memeluk tubuh mungil Junsu yang rapuh, memberi kehatangan padanya. Yoochun menghapus air mata yang turun dari mata Junsu, dan mencium kelopak mata dongsaeng angkatnya itu.

“aku akan menyelamatkan mu, gwenchana.”

Junsu mengangguk kecil. Dan setelah itu Yoochun membawa Junsu pergi ke rumah sederhananya tanpa sepengetahuan penduduk lain. Keluarga Kim segera kabur dari desa dan tinggal di hutan yang lumayan dari desa.

***

“gagal panen?” ujar seorang penduduk. Sudah 10 hari mereka selalu gagal panen. Pulau Morte yang dulunya subur sudah tak ada lagi.

“wae? Kenapa dewa tidak menyuburkan pulau kita?” mereka mulai menangis, menangisi kebodohan mereka. Mereka begitu bodoh, karena tidak mengetahui bahwa seluruh keluarga Kim sudah tak ada di desa tercela itu, dan juga bodoh karena dengan begitu mudah mengorbankan seseorang itu ego mereka.

***

Sudah abad ke 21, pulau Morte sudah sedikit berubah. Pulau mereka sudah sedikit subur, walau tidak sesubur dulu. Dan saat inilah, kisah yang tidak pernah Yunho bayangkan terjadi.

“Ya! Shim Changmin, Ireona. Ireonaseyo !” Jung Yunho menggoyang- goyangkan tubuh Changmin yang masih berkutat di tempat tidur.

“ehmm.. 5 menit lagi hyung~” Changmin menyelimuti tubuh nya sampai kepala dan kembali tertidur.

“aish, arraseo, ku tunggu di bawah.”

BLAM

Yunho menghela nafas berat. Memang butuh kesabaran saat menghadapi adik sepupunya itu. Yunho memang hanya tinggal berdua dengan sepupunya. Orang tua nya dan Changmin meninggal karena penyakit menular. Terkecuali umma Yunho yang memang sudah meninggal saat melahirkannya.

Yunho menyibak jendela ruang tamu yang langsung berhadapan dengan rumah di sampingnya.

DEG!

Hati Yunho  berdebar tidak karuan saat melihat seorang namja tampan sekaligus cantik juga menyibak jendela. Namja itu tersenyum manis terhadapnya yang membuat tubuh Yunho berdesir hebat. Yunho tidak pernah melihat namja itu sebelumnya. Rambut hitam legam, mata bulat yang indah, kulit putih bak salju, hidung mancung dan bibir ranum yang menambah kesempurnaan di wajah namja itu.

“Ya hyung, sedang apa kau disitu?” tanya Changmin tiba- tiba yang sukses membuat Yunho kaget.

“Ya! Kau membuat ku kaget!”

Changmin tidak mengindahkan perkataan hyung nya itu. Pandangannya tertuju pada rumah sederhana yang terletak persisi di samping rumah mereka.

“min, apa ada tetangga baru?”

“entahlah. Ayolah, kita makan saja.” Changmin segera berlalu meninggalkan Yunho yang masih membatu di tempatnya. Changmin duduk di kursi makan dan memperhatikan makanan yang sudah tersusun rapi di hadapannya.

“y-ya Changmin! Jangan kau habisi!” Yunho sedikit berlari dan duduk di kursi makan dengan pikiran yang masih melayang.

“aah aku kenyang!” pekik Changmin. Ia menepuk- nepuk perut ratanya yang sepertinya sudah penuh. Yunho menggeleng- gelengkan kepalanya melihat kelakuan adik sepupunya itu.

TOK TOK

Suara ketukan pintu terdengar, tanda seorang tamu datang. Changmin berusaha bangun untuk membukkan pintu, tapi..

“aku saja yang buka.” Ujar Yunho.

KLEK

Mata Yunho membulat dengan sempurna saat melihat siapa yang bertamu di rumahnya. Mata Yunho bahkan tidak bisa berkedip saat melihat senyuman, senyuman yang baru saja ia lihat tanpa sengaja.

“annyeong, aku baru saja pindah di rumah sebelah.” sapa namja itu ramah. Namja manis itu memiringkan kepalanya bingung yang menambah sisi manis pada dirinya. Ia menyibak- nyibakkan tangan nya ke depan wajah Yunho untuk menyadarkan namja itu.

“gwenchana?”

Yunho mengedip- ngedipkan matanya saat terbangun dari alam mimpinya. Ia sedikit tergagap dan mulai menggaruk- garuk kepalanya yang tidak gatal.

“tidak baik bicara disini, mau bicara di dalam?” tanya Yunho akhirnya yang mulai memberanikan dirinya berbicara pada namja yang sepertinya mulai merebut hatinya dalam sekejap.

“tidak usah, aku hanya-“

“sudahlah masuk saja.” Paksa Yunho sambil menarik tangan halus namja itu. Yunho mempersilahkan namja itu duduk yang membuat namja itu jadi salah tingkah.

“kubuatkan minum.”

Ia mengangguk patuh. Dibiarkan nya namja itu berlalu meninggalkannya menuju dapur.

“hyung, nugu?” tanya Changmin saat melihat namja yang cukup asing menurutnya.

“tetangga baru.” Changmin mengangguk- angguk dan ber o ria tanda mengerti. Selang beberapa saat, Yunho dan Changmin datang menuju namja itu sambil membawa minuman.

“ah… Jaejoong imnda. Bangapseumnida,” ucap Jaejoong sedikit menunduk.

“Jung Yunho,”

“Shim Changmin, nado bangapta.” Ujar Changmin sambil menunjukkan giginya yang rapi.

“ini sebagai tanda pengenalan, daging.” Jaejoong memberikan kantung yang berisi daging. Mata Changmin langsung berbinar- binar dan terlihat banyak bintang- bintang bertaburan disana.

“makanan? Uooh gomawo Jaejoong hyung. Yunho Hyung, ayo masak!” pinta Changmin sambil menunjukkan wajah memelas andalannya. Namun sepertinya jurus andalannya itu sudah tidak mempan terhadap Yunho.

“ani! Kita tadi sudah makan!”

“eh gwenchana. Mau aku yang masak?” tawar Jaejoong. Yunho berusaha berujar namun segera di potong oleh Changmin.

“boleh? Gomawoyo!”

Jaejoong tersenyum dan mengambil kantung berisi daging itu.

“dimana dapur?”

“disana,” tunjuk Yunho dengan wajah yang masih syok. Jaejoong mengangguk dan segera berlalu menuju dapur. Tak beberapa lama kemudian, Jaejoong segera datang dengan makanan- makanan ditangan nya.

“Huwaa!! Ini lebih enak dari masakan bikinan Yunho hyung.” Ujar Changmin yang langsung mendapat jitakan mutlak di kepalanya. Jaejoong terkekeh pelan melihat kelakuan kedua kakak beradik ini.

Hari demi hari berlalu, Jaejoong dan Yunho semakin dekat. Dimana ada Jaejoong pasti disanalah Yunho berada, begitu juga sebaliknya. Bahkan saat ini Yunho dan Jaejoong resmi menjadi sepasang kekasih, tentu saja dengan penuh keberanian yang penuh Yunho menyatakan persaannya, dan dengan begitu mudahnya Jaejoong langsung membalas pernyataan Yunho.

“Yun.. ada yang ingin ku katakan.” Ujar Jaejoong yang sudah berada di sebuah taman kecil dan sepi di desa. Mimik wajah nya terlihat serius, sangat berbeda dengan dirinya yang santai seperti biasanya.

“hmm? Waeyo boo?” Yunho mengelus rambut halus Jaejoong dengan lembut dan penuh sayang. Yunho sedikit menundukkan wajahnya untuk melihat wajah Jaejoong yang sedari tadi menunduduk.

“janji kau tidak akan marah?”

“yaksohae, memang BooJae bisa membuat ku marah,” Yunho tersenyum. Memang selama mereka pacaran tidak pernah sekalipun Yunho memarahi Jaejoong, bahkan menegur namja manis itu saja Yunho tidak pernah.

“aku.. aku sebenarnya adalah turunan keluarga Kim.”

DEG!

Jantung Yunho berdegup kencang. Cerita tentang keluarga Kim yang kabur dari desa memang sudah bukan rahasia lagi. Keluarga Kim yang dikatakan sebagai pembawa sial bagi desa mereka. Bahkan para penduduk berjanji akan membunuh keturunan dari keluarga Kim.

“nde, nama ku Kim Jaejoong.” Jaejoong diam dan terus menunduk, takut untuk menatap Yunho.

TES

TES

TES

Air mata Jaejoong tiba- tiba jatuh dengan sendirinya. Ia takut. Ia sangat takut karena hal ini Yunho akan pergi meninggalkannya. Ia tidak peduli dengan dendam para penduduk terhadapnya. Yang ia takutkan adalah berpisah dari kekasih hatinya, Jung Yunho.

“a-aku satu- satunya keluarga Kim yang masih hidup di pulau ini. Orang tua ku meninggal karena penduduk memergoki kami, dan saat itu aku sangat beruntung karena aku masih sempat kabur dari sana. A-aku..”

GREP

“gwenchana, aku akan melindungi mu Boo. Aku tidak akan pernah meninggalkan mu,” Yunho memeluk Jaejoong dengan begitu erat. Ia tidak peduli apa yang akan terjadi padanya, ia terlalu mencintai Jaejoong. Sanggat.

“gomawo Yunnie-ya, saranghae~” Jaejoong membenamkan wajahnya di dada bidang Yunho dan membiarkan air matanya tumpah disana.

“nado, nado saranghae Jaejoongie.” Mereka terus saja berpelukkan tanpa menyadari sepasang mata mencuri dengar pembicaraan mereka sambil meredam kemarahan. Namun tak beberapa saat wajah kebenciannya berubah dengan senyuman licik dibibirnya.

****

Keesokkan harinya Jaejoong dan Yunho melakukan aktifitas mereka yang selalu mereka lakukan disaat senggah, berjalan- jalan di desa mereka. Yunho terus menggenggam tangan Jaejoong, seakan takut kehilangan namja manis itu.

Mata Yunho melebar sempurna saat ia melihat kumpulan penduduk yang mengerubungi mereka berdua. Firasat buruk tiba- tiba melanda Yunho dan Jaejoong.

“a-apa mau kalian?” tanya Yunho sedikit tergagap. Ia mengeratkan genggaman nya ditangan Jaejoong.

“tentu saja membawa Kim Jaejoong,”

DEG!

“apa maksud kalian?” tanya Yunho pura- pura tidak tahu. Para penduduk terkekeh mendengar pertanyaan yang sepertinya sangat mudah untuk dijawab.

“jangan pura- pura tidak tahu, Jung Yunho.”

Yunho melebarkan matanya dengan sempurna. Para penduduk sudah mengetahui keberadaan turunan ‘Kim’.

“d-dari mana kalian tahu?”

“aku.” Yunho mengalihkan wajahnya menatap seorang yeoja yang tiba- tiba menyela.

“Go Ara?” Ara adalah mantan kekasih Yunho yang masih memendam perasaan terhadap Yunho. Walaupun sudah Yunho tolak hingga tak terhitung berapa kali Yunho menolak yeoja itu.

Para penduduk segera membawa tubuh Jaejoong. Reflek, Yunho memberi pukulan bertubi- tubi terhadap para penduduk yang mau membawa Jaejoong. Namun naas, karena lawan Yunho adalah seluruh penduduk, tentu saja Yunho kalah.

“kita adakan kembali upacara!” Yunho melebarkan matanya. Upacara yang diadakan pasti akan berbeda dengan upacara yang sebelumnya. Tentu saja, karena ini menyangkut keluarga Kim, keluarga yang memberi kesialan kepada pulau Morte.

***

Jaejoong dipaksa mengenakan hanbok putih yang begitu pas di tubuhnya. Pengelihatannya ditutup dengan sebuah kain berwarna merah. Tubuh nya diikat dengan begitu kuat. Jaejoong tidak bisa melihat apapun sekarang. Entahlah apa yang akan terjadi pada dirinya, ia tidak tahu. Jaejoong pasrah. Air mata tak kunjung berhenti dari mata bulat di balik penutup itu.

”Hentikan! Brengsek kalian! Cepat hentikan!”

“Yunnie?”

Tubuh Yunho yang sudah babak belur mereka ikat dengan kencang. Changmin menutup kedua matanya. Ia tidak akan mungkin kuat melihat upacara kejam ini.

BRAK!!

“Aaaahh!!!”

“Joongie!!”

Para penduduk melempar tubuh Jaejoong ke dalam lubang yang cukup dalam. Yang tentu saja sudah mereka gali untuk mempersiapkan segalanya tentang upacara.

BRAK!!

“Hyaaa.. appo, hiks appo!! Andwae!! Hentikan!!” Para penduduk melempar bebatuan yang cukup besar ke dalam lubang yang menyebabkan tubuh Jaejoong mengeluarkan darah segar.

“Uruk dengan tanah, cepat uruk dengan tanah! Kalau tidak kemarahan dewa tidak akan hilang,”

DEG!

“Kalian biadab! Hentikan!” teriak Yunho kencang. Ia menangis. Ia menangisi kebodohannya. Padahal ia berjanji akan melindungi Jaejoong. Tapi apa? Ia tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi kekasih hatinya.

“wahai dewa, suburkan dan selamatkan lah desa kami.” Ujar semua penduduk terkecuali Yunho dan Changmin. Mereka menguruk tubuh Jaejoong dengan tanah sampai hanya kepala Jaejoong yang masih terlihat

“Yunh.. saranghae..” ujar Jaejoong lemah untuk yang terakhir kalinya sampai sosoknya benar- benar menghilang.

Para penduduk mengubur tubuh Jaejoong hidup- hidup. Betul- betul ironis. Jaejoong meninggal di tangan para penduduk yang bodoh

“dengan begini desa akan aman.”

Para penduduk segera pergi meninggalkan kuburan Jaejoong. Mereka berharap desa mereka akan subur dan aman setelah membunuh Kim Jaejoong. Tapi sepertinya, hal buruk malah yang akan datang pada desa, bahkan pulau Morte.

“Changmin..” Yunho memanggil nama dongsaengnya dengan parau. Changmin menoleh. Yunho menangis. Baru pertama kali Changmin melihat hyung nya menangis bahkan sampai serapuh ini.

“Hyung.. ak-“

“aku akan balas dendam,” ucap Yunho memotong perkataan Changmin. Changmin melebarkan matanya saat melihat sorot mata Yunho yang lain. Begitu dingin, penuh dendam dan kebencian. Mata yang selalu ramah itu sudah tak ada. Jung Yunho sudah berubah.

“aku akan membunuh, ani. Aku akan membuat mereka semua menderita.”

****

Bayang- bayang masa lalu menyergap dalam otak Yunho. Dimana ia bertemu Jaejoong, berteman, berpacaran, sampai akhirnya ia harus kehilangan namja cantik nya itu dalam keadaan yang mengenaskan.

“hyung, sadarlah.. Jaejoong hyung akan bersedih kalau kau seperti ini!”

“Hyung!”

“Hyung!”

Yunho tetap terdiam tanpa mengindahkan perkataan Changmin. Otaknya beripikir dengan sangat keras. Yunho menggelengkan kepalanya keras. Ia tidak percaya. Ani, tapi tidak ingin percaya.

“Hyung, sadarlah..” Changmin mulai meneteskan air matanya. Sungguh, ia tidak kuat melihat hyung nya menjadi seperti ini. Begitu rapuh.

Tiba-tiba mata Yunho membulat dengan sempurna saat melihat seberkas cahaya datang. Ia melihat sosok yang sangat ia kenal, bahkan tidak pernah ia lupakan sedetik pun. Kulit putihnya semakin pucat, senada dengan warna baju yang ia kenakan. Ia tersenyum, tersenyum dengan begitu tulus dan lembut. Lambat namun pasti, sosok yang tak lain adalah Kim Jaejoong berjalan menuju Yunho. ia menangkup pipi Yunho, yang membuat Yunho menatap wajahnya dengan begitu jelas.

“Jae-“

“Yunie-ah.” Ucap Jaejoong memotong perkataan Yunho. Changmin melihat sosok Jaejoong tanpa berkedip. Namja tampan sekaligus cantik itu menjadi sangat, sangat menawan.

“saranghae, Yunie bear.”

Jaejoong mendekatkan bibir nya ke bibir Yunho sampai akhirnya bibir keduanya menempel. Yunho membelalakkan kedua matanya, namun tak lama kemudian Yunho mulai membalas ciuman Jaejoong.

“Aakh..” Yunho menggigit kecil bibir ranum Jaejoong untuk membuat bibir itu terbuka. Tanpa membuang waktu Yunho segera memasukan lidahnya dan menjalajahi rongga mulut Jaejoong. Jaejoong melepaskan ciumannya dan menatap Yunho lekat.

“Yunie.. hidup lah bahagia.”

“Jae-Jaejoongie!! Boo!”

Dan saat itu sosok Jaejoong menghilang bersamaan dengan hilangnya cahaya putih yang sempat datang.

****

3 tahun kemudian, Seoul

“Changmin! Ireona!” Yunho menggoyang- goyanggan tubuh jangkung Changmin, membangunkan namja tampan tersebut.

“uungh.. 5 menit lagi hyung~”

SRAK!

Yunho menyibak selimut yang Changmin kenakan dengan kesal.

“Shim Changmin! Kita sudah telat ke kantor!” Yunho menarik tangan Changmin yang masih setengah sadar dan mendorong namja itu dengan paksa ke kamar mandi.

“ku tunggu di bawah, cepatlah!”

Yunho berjalan dengan tergesa- gesa menuju meja makan. Ini sudah sangat terlambat. Yunho mulai memakan sarapannya, Namun tiba- tiba pandangan dan aktifitasnya berhenti. Ia melebarkan matanya melihat sebuah berita yang sedang ditayangkan.

‘terjadi gempa di pulau terpencil Morte yang diakibatkan oleh gunung X yang meletus pukul 03.30 waktu setempat. Diperkirakan tidak ada yang selamat akibat bencana alam tersebut…’

“jadi inikah karma nya?” Yunho menolehkan kepalanya. Changmin juga berada disana sambil mengeringkan rambut coklatnya.

“nde, begitulah. Ayo cepat, kita harus ke kantor.”

Yunho dan Changmin memang 3 tahun yang lalu pindah ke Seoul untuk memulai kehidupan yang baru, meninggalkan pulau Morte. Bahkan pembunuh berdarah dingin itu tidak pernah terdengar lagi di media.

Yunho sudah mulai tersenyum dan hidup bahagia. Dan dimulailah kisah bahagia mereka yang baru.

******

Yunho dan Changmin berjalan dengan gagah di koridor kantor. Hampir seluruh karyawan yeoja bahkan namja melihat mereka tanpa berkedip. Walaupun Yunho dan Changmin hanya bekerja menjadi karyawan biasa di YJ Crop, namun mereka begitu populer. Tentu saja karena ketampanan mereka.

“hyaa lihatlah Yunho oppa tampan sekali~” seorang yeoja ber nametag Jessica menatap Yunho tanpa bekedip. Ia memegang kedua pipinya yang terasa panas dan memerah.

“aku ingin menjadi pacarnya~”

“cih percuma Jess, dia sudah punya kekasih.” Celutuk salah seorang karyawan yang tak lain adalah Changmin. Jessica menatap Changmin sambil mengerutkan dahinya. Sejak kapan namja itu ada dibelakangnya?

“aku baru saja datang. Aku ngeri melihat mu melihat mu menatap hyung ku seperti itu, makanya aku kemari. Menyadarkan mu.” Ujar Changmin yang seperti bisa membaca pikiran Jessica sambil terkekeh.

“Y-ya! Apa maksud mu? Kekasih? Memang Yunho oppa punya kekasih? Aku tidak pernah melihatnya bersama yeoja maupun namja selain kau.”

Changmin mengulum sebuah senyuman miris, yang membuat tanda tanya kembali berputar di sekitar kepala Jessica.

“dia.. pergi jauh.”

“pergi jauh? Kemana? Ke luar negeri?” tanya Jessica yang mulai penasara. Jessica menunggu sedikit lama sampai akhirnya Changmin membuka suaranya.

“di surga. ”

Jessica membulatkan matanya tidak percaya. Ia sangat mengerti maksud dari perkataan namja jangkung itu.

***

‘BooJae, aku sudah bahagia. Kau juga bahagia kan?’

‘tunggu aku, ne? aku akan menyusul BooJae dalam keadaan bahagia’

‘di surga sana’

—- END —-

mau sok2an bikin angst, gini deh jadinya #plak XD

but mind to comment? 🙂

FF/ YunJae/ Yaoi/ The Truth/ Chap 2

Standard

trolololol~

anak ga tau diri, bentar lg UN malah nulis ff -_-

yg blm baca chap 1, ini dia Chapter 1
so, douzo 😀

***************************

Tittle: The Truth
Author: Naomi a.k.a Pudding~
Rating: PG-15
Genre: romance, yaoi, little angst, mistery?
Lenght: 2 of ?
Cast:

  • Jung Yunho (23 yo)
  • Kim Jaejoong (23 yo)
  • Shim Changmin (20 yo)
  • Park Yoochun (23 yo)
  • CNBLUE
  • And many more!

—————————————————————-

Deru tangis kesedihan terus terdengar dari ruang tunggu di sebuah rumah sakit. Seorang lelaki berwajah kekanakan itu menangis dalam diam sambil memeluk lelaki setengah baya yang terlihat rapuh. Kata ‘maaf’ terus saja keluar dari bibir Jung Jonghyun. Changmin memandang kesal Yunho yang sedang bersender di tembok rumah sakit sambil melipat kedua tanganya. Tak ada emosi sama sekali dalam wajah tampannya, hanya wajah datar yang terlihat.

“bagaimana mungkin kau tidak menunjukkan wajah sedih sedikitpun untuk orang yang telah menyelamatkan mu?” tanya Changmin menyindir Yunho. Yunho memandang Changmin sekilas, kemudian menghela nafas beratnya.

“memangnya kalau aku menunjukkan wajah sedih, apa yang akan terjadi? Jaejoong tetap sakit kan?” acuh Yunho. Changmin mengepalkan kedua tangannya sampai kuku nya memutih.

“Ya! Apa maksudmu eoh?!”

Changmin mencengkram kerah kemeja Yunho yang berwarna putih kemerahan –akibat darah dari Jaejoong. Yunho menatap Changmin tak kalah tajam. Changmin menyiapkan tinjunya sampai Jonghyun melerai kedua lelaki itu.

“kalian, Hentikan! Ini di rumah sakit!”

Ucap Jonghyun tenang. Sungguh, lelaki setengah baya itu ingin berteriak mengingatkan, tapi apa daya. Sungguh mustahil melakukan hal seperti itu di dalam rumah sakit.

“cih..”

Cibir Changmin kesal. ia melepas cengkramannya kemudain menatap Yunho sangat tajam.

KLEK

Arah pandangan ketiga lelaki itu langsung tertuju pada seorang dokter berlesung pipit yang baru saja keluar dari sebuah ruang rawat.

“Siwon uisa? Bagaimana keadaan Jaejoong hyung? Dia selamatkan? Dia baik- baik saja kan?” tanya Changmin bertubi- tubi tanpa memberikan jeda sedikitpun untuk dokter muda ber-nametag Choi Siwon itu menjawab. Siwon melepas maskernya dan tersenyum manis.

“tenanglah, masa krisisnya sudah lewat.”

Changmin menitikkan air matanya yang sedari tadi ia tahan. Ia memeluk Jonghyun dan tak lupa mengucapkan syukur sebesar- besar nya. Yunho mencengkram kedua tangannya, menahan tangisan syukur yang ingin keluar.

Tuhan, terima kasih

“apa kami boleh menjenguknya?” tanya Changmin. Siwon mengangguk dan mempersilahkan ketiga lelaki tampan itu masuk ke dalam ruang rawat.

“kau tidak masuk?” tanya Siwon lembut. Yunho menggeleng pelan, dan berujar.

“aku nanti saja.” Siwon mengangguk dan meninggalkan Yunho sendirian. Yunho menatap sekilas ruang rawat itu. Dan pada detik berikutnya Yunho berjalan meninggalkan ruang tunggu itu.

—- The Truth —–

Yunho makan di kantin rumah sakit tanpa selera sama sekali. Padahal ia belum makan sedari siang tadi. Yunho memasukkan dan mengunyah makanan itu secara perlahan, sampai ia tidak sadar bahwa Changmin sudah duduk dihadapannya. Yunho menghentikan makannya sejenak –untuk melihat Changmin.

“kau.. sedang apa?”

“tentu saja makan.” Jawab Yunho acuh dan kembali memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.

“ah itu.. tadi mianhae.” Ucap Changmin sedikit menyesal. Changmin menggaruk- garu kepalanya yang tidak gatal. Yunho menatap Changmin lama dan pada detik berikutnya ia kembali memakan makannya.

“sudahlah, aku tidak memikirkannya.”

Changmin tersenyum getir. Selang beberapa detik mereka terdiam. Hanya terdengar suara gesekan piring dan sendok yang Yunho gunakan. Changmin meneteskan saliva nya saat melihat makanannya yang terlihat enak itu. Tidak kuat, akhirnya Changmin memanggil seorang pelayan dan memesan beberapa makanan. Selang beberapa menit, makanan- makanan yang dipesan Changmin datang secara bersamaan. Tanpa menunggu lama, Changmin segera melahap habis piring demi piring porsi makanan itu.

“kau.. makan semuanya?” tanya Yunho ragu. Changmin mengangguk cepat dan membalas.

“tentu saja.” Jawabnya dengan makanan yang masih penuh di dalam mulutnya.

“appa sudah pulang?”

“hmm.. baru saja.”

Yunho mengangguk mengerti. Ia menyeruput jus jeruknya perlahan dan kembali menatap Changmin yang sedang berada di dunianya sendiri.

“Changmin.. sebenarnya ada yang ingin ku tanyakan.”

“apa? Tanyakan saja.” Ucap Changmin tanpa melirik sedikit Yunho sedikit pun. Yunho menghela nafas nya sebelum bertanya.

“sebenarnya, siapa orang yang ingin menembak ku tadi?”

DEG!

“entah kenapa, aku merasa bahwa ini ada kaitannya dengan Jaejoong yang akan menjadi direktur selanjutnya.”

DEG!

DEG!

Jantung Changmin berdetak dengan kencangnya. Keringat dingin keluar dari dahi nya. Ia bingung harus menjawab pertanyaan ‘telak’ Yunho.

“kau.. tidak perlu tau.”

Shit! Rutuk Changmin menyesal. Kenapa aku tidak bilang saja tidak tahu. Jeongmal paboya Shim Changmin, batin Changmin berteriak.

BRAK!

Yunho menggerbak meja makan itu kencang. Seketika itu juga mata para pengunjung dan pelayan kantin rumah sakit tertuju pada kedua lelaki tampan itu.

“Tentu saja aku berhak tahu, Shim Changmin!” marah Yunho. Yunho menatap Changmin geram, membuat lelaki berwajah kekanakan itu sedikit ketakutan.

Hyung.. ottokhe?

Changmin memakan satu suap terakhir dan meminum jus nya sampai habis. Setelah itu dia mengambil dompet nya dan segera berlalu.

“Ya! Shim Changmin! Kau belum menjawab pertanyaan ku!” pekik Yunho keras. Ia kesal. bagaimana tidak? Bahkan Changmin tidak mengatakan sepatah kata penjelasan pun padanya .

“belum saatnya kau tau, hyung.” Lirih Changmin namun masih tertangkap oleh pendengaran Yunho. Changmin segera berbalik dan meninggalkan Yunho sendirian –yang masih mematung di tempatnya.

—- The Truth —–

KLEK..

Yunho masuk ke dalam ruangan Jaejoong saat Changmin dan Jonghyun sudah tidak ada. Ia langsung disambut oleh bau obat- obatan yang begitu menyengat penciuman. Yunho duduk di pinggiran tempat tidur dimana lelaki cantik itu masih enggan membuka kedua mata indahnya. Yunho menatap sedih Jaejoong, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia juga membenci lelaki itu.

“Jaejoong.. aku benar- benar tidak mengerti jalan pikiran mu.”

Yunho menyibak rambut hitam legam Jaejoong lembut. Pikiran- pikiran masa lalu entah mengapa kembali berputar di dalam otaknya.

16 tahun lalu..

Seorang anak kecil mengemasi pakaian-pakaian nya di dalam koper. Ia tersenyum senang saat melihat hasil pekerjaannya.

“Yunie, sudah selesai?”

Senyuman terbaik Yunho terlihat jelas dibibir hatinya takala melihat seorang lelaki manis memanggilnya. Lelaki manis itu membawa sebuah ransel biru kecil. Ia memakai kaos flannel berwarna putih dengan celana pendek berwarna hitam pekat.

“nde, baru saja selesai, Joongie.”

“kajja! Umma, appa, dan Jung ahjushi sudah menunggu.”

Lelaki yang dipanggil Joongie itu –yang tak lain adalah Jaejoong- menarik tangan Yunho menuju orang tua mereka yang sudah siap di halaman kediaman Jung.

“ah.. Joongie, Yunie.. sudah selesai kemasi barangnya?” tanya Jung Naomi, selaku umma dari Jung Yunho. Jaejoong mengangguk dengan masih menggenggam tangan Yunho.

“umma.. Minhyuk-ie dan Minie mana?” tanya Yunho menarik- narik celana ummanya dari bawah. Naomi tersenyum dan menjawab.

“aah.. keluarga Kang dan Shim tidak bisa datang, sepertinya mereka ada urusan mendadak.” Jawab Naomi lembut sambil berjongkok mengelus rambut Yunho dengan sayang.

“Hyuung~~” seorang anak kecil berumur sekitar lima tahun berparas tampan berlari menghampiri Yunho.

“Jungshin.. jangan berlari, nanti kau jatuh.” Jawab Yunho kepada Jung Jungshin, selaku adiknya. Jung Jonghyun berjalan menuju istri dan anaknya, kemudian menggendong Jungshin.

“yeobo.. cepat ajak anak- anak masuk ke mobil.” Perintah Jonghyun kepada Naomi –yang tak lain adalah istrinya- lembut. Naomi mengangguk dan mengajak anak- anak itu duduk di jok paling belakang. Di depan duduk mereka sudah berada kedua orang tua Yunho, sedangkan di setir kemudi sudah berada kedua orang tua Jaejoong yang tak lain adalah Kim Seohyun dan Kim Yonghwa. Diperjalanan menuju pulau Jeju mereka tertawa dan bernyanyi bersama, sampai mereka tidak menyadari bahwa bahaya sedang mengincar mereka.

DOR!

Kim Yonghwa dikagetkan dengan sebuah peluru senapan yang hampir saja mengenai mobil nya.

“umma, ada apa?” tanya Yunho panik. Wajah Naomi berkeringat. Beberapa detik berikutnya ia tersenyum manis dan mengelus rambut anaknya, seakan menenagkan.

“tidak ada apa- apa chagiya.”

DOR!

Kembali suara tembakan itu terdengar. Yonghwa memutar kemudinya untuk menjauh dari peluru itu. Yunho yang memang lebih takut memeluk Jaejoong yang lebih tua beberapa bulan dengannya. Jungshin sudah menangis di dalam pelukan Naomi.

“yeobo, otthoke?” tanya Kim Seohyun yang ketakutan.

“sepertinya ini serangan dari Choi Minho, pemilik CM Crop itu.” Jawab Yonghwa mencoba tenang. Ia tahu bahwa serangan seperti ini tentu akan datang pada keluarganya dan keluarga Jonghyun. Tentu saja, mereka pemilik Kim Crop dan Jung Crop, sebuah perusahan yang sangat terkenal di ASIA.

DOR!

Sayang, peluru senapan itu mengenai ban mobil yang membuat mobil Yonghwa oleng. Jonghyun memeluk Naomi dan anaknya, begitu pula Jaejoong. Mobil hitam itu sudah tidak dapat dikendarai. Dalam hati Yonghwa berdoa agar mereka selamat.

BRAK!

Mobil itu terbalik dan masuk ke dalam sebuah curam besar.

—- The Truth —–

“hiks.. mianhae, Naomi-a, mianhae Jungshin-ie.. mianhae… ah mianhae..” Jonghyun menangis histeris sambil memeluk istrinya yang sudah tidak bernyawa. Ia merasa bersalah tidak dapat melindungi istri dan anak nya.

“AAAAAAAAAAHHH!!!!”

Jonghyun berteriak histeris. Sakit. Sakit itu begitu terasa. Hatinya seperti tersayat memandang perempuan yang sangat ia cintai mati mengenaskan, ditambah anaknya yang baru saja menginjak umur lima tahun dan juga kedua sahabat baiknya pada semasa SMA.

Oh God.

Kenapa mereka?
Kenapa harus mereka yang mengalami hal seperti ini?
kenapa bukan aku saja?
kenapa bukan aku saja yang mati, Tuhan?

Menyesal? Tentu saja. Jung Jonghyun, lelaki tampan yang masih terlihat muda itu sangat menyesal. Dilain tempat, terdapat seorang lelaki tampan menangis di dalam pelukan lelaki manis.

“uhh.. Jaejoongie.. umma dan Jungshin mana? Hiks, dimana Kim ahjushi dan Kim ahjuma, Jongie-a? uuh..” tanya Yunho ditengah tangis nya. Jaejoong memilih diam tanpa menjawab setiap pertanyaan Yunho. karena ia tahu, saat ia menjawab setiap pertanyaan Yunho, tangisannya pasti tak kan terbendung lagi.

“tenanglah, Yunho-a.. aku.. aku akan melindungi mu.”

—- The Truth —–

Yunho tersenyum mengingat kejadian mengenaskan itu. Sampai sekarang Yunho tidak mengerti dengan Jaejoong yang berkata akan melindungi nya. Melindungi apa, eoh?

[ Yunho!!! awasss!! ]

[ Yunh.. g-gwenchana? ]

DEG!

“melindungi? Jangan- jangan.. Jaejoong?”

—- The Truth —–

Yunho berjalan lunglai menuju kantor. Pikirannya terus saja tebang menuju satu sosok. Siapa lagi kalau bukan Jaejoong? Yunho mengetuk- ngetuk jari nya di meja nya sambil menopang dagunya yang terasa berat.

“Aah aku tidak mengerti!”

KLEK!

“Yo, Yunho!” Yoochun membuka pintu ruangan Yunho dan segera duduk di -bangku yang berada tepat di depan meja Yunho tanpa permisi.

“Ya Park Yoochun! Tidak bisakah kau mengetuk pintu dulu?” Yoochun terkekeh melihat sahabatnya yang marah. Hey, memang apa yang lucu?

“baiklah, sekarang ceritakan apa yang terjadi.”

Yunho memiringkan kepalanya tidak mengerti. Menceritakan apa?

“tentu saja menceritakan masalah mu dengan Jaejoong, Yunho.” jawab Yoochun seakan bisa membaca pikiran seorang Jung Yunho. Yunho menghela nafas beratnya, bagaimana pun sepertinya sahabat nya bisa membaca setiap pikirannya. Yunho menceritakan segala masalah yang ia hadapi tanpa ada yang terlewatkan kepada Yoochun.

“sepertinya, Jaejoong menjadi direktur selanjutnya untuk melindungi mu, Yun.” Jawab Yoochun –yang sedang berfikir menggunakan otak jenius nya- setelah Yunho bercerita.

“tapi, wae?”

“pikirkanlah menggunakan otak pintar mu, Jung.” Senyum Yoochun penuh misteri sambil menyentil jidat Yunho.

“Ya! Aku ini bos mu, Park Yoochun!”

“upss.. mianhae sajangnim.” Kekeh Yoochun. Ia berjalan menuju pintu ruangan dan segera keluar dari sana.

Blam

—- The Truth —–

Yunho sedikit berlari di koridor rumah sakit. Changmin baru saja memberitahunya bahwa Jaejoong sudah membuka matanya dan keadaannya sudah berangsur- angsur membaik.

KLEK

DEG!

Yunho terkaget saat melihat lelaki cantik itu sendirian. Tak ada Changmin dan Jonghyun disana. Lelaki cantik itu menggunakan setelan baju seragam rumah sakit. Entah mengapa, terlihat begitu menawan dimata Yunho.

“dimana appa dan Changmin?” tanya Yunho yang sudah duduk di bangku di depan ranjang Jaejoong. Jaejoong menolehkan kepalanya –saat menyadari keberadaan Yunho-  menuju Yunho dan menjawab.

“mereka sedang mencari makanan.”

Yunho mengangguk- angguk kepalanya tanda mengerti. Tatapannya kembali tertuju pada Jaejoong yang sedang mengutak- atik ponselnya.

“kapan kau pulang?” tanya Yunho begitu saja. Yunho juga tidak mengerti kenapa ia bertanya hal seperti itu.

“kata Siwon uisa, mungkin 2 atau 3 hari.” Jawab Jaejoong menjelaskan.

Hening. Tak ada yang memulai percakapan. Hanya suara ketikan ponsel yang terdengar.

“eheem..” dehem Yunho menghilangkan kesunyian.

“Jae, sebenarnya ada yang ingin ku tanyakan.” Ucap Yunho serius. Jaejoong membalas tatapan Yunho tak kalah seriusnya.

“apa?” tanya Jaejoong to the point.

“kenapa kau ingin menjadi direktur selanjutnya?”

DEG!

DEG!

DEG!

Jaejoong melebarkan matanya mendengar pertanyaan telak yang begitu saja keluar dari bibir Yunho.

Oh Gosh.

Jaejoong berfikir keras sampai ia merasa pusing yang amat sangat di kepalanya.

“tentu saja karena aku lebih hebat dari mu, Jung.”

DEG

Yunho mencengkram dadanya yang terasa sakit saat mendengar pernyataan dari bibir merah itu.

“yaah, kalau perusahaan berada di tangan mu.. entahlah apa yang akan terjadi pada Jung Crop.” Kekeh Jaejoong. Dalam hati ia mengutuk dirinya yang tidak bisa berhenti mengeluarkan kalimat- kalimat kejam itu.

“maka dari itu, perusahaan akan lebih terjamin kalau berada di tangan ku.”

SRET!

Yunho mencengkram baju Jaejoong dan menariknya, membuat lelaki cantik itu meringis sakit. Pancaran kebencian begitu terlihat di mata musang Yunho.

Benci.
Perasaan benci di hati Yunho semakin bertambah.
Ia benar- benar membenci lelaki cantik itu.

PLAK

Jaejoong melebarkan matanya saat mendapati Yunho menampar pipi kirinya. Jaejoong memegang pipinya yang memerah tidak percaya. Ia meringis saat menyadari betapa sakitnya luka yang diakibatkan oleh tamparan Yunho. Yunho benar- benar saat menamparnya.

“Brengsek! Kau benar- benar brengsek Kim Jaejoong!!”

Yunho menendang kursi yang sempat ia duduki itu sampai terbalik. Ia benar- benar marah.

“Shit! Berani sekali kau, anak pungut!”

Maki Yunho keras. Umpatan- umpatan dan sumpahan terus saja keluar dari bibir hati Yunho. Jaejoong menunduk, ia tidak berani menatap mata Yunho yang menunjukkan kebencian yang terdalam yang ditujukan padanya.

“Mati saja kau, brengsek.”

BLAM!

Jaejoong mencengkram dada nya yang terasa sakit, seperti tersayat pisau yang begitu tajam. Hatinya hancur. Umpatan Yunho seakan palu yang telah memecahkan guci indah yang begitu rapuh. Jaejoong menggeleng. Itu bukanlah kesalahan Yunho, ia tahu itu. Ia yang memulai segalanya, dan ia telah memilih.

Tapi saat melihat mata hangat yang selalu diberikan Yunho semasa kecil kepadanya telah menghilang dari pandangan dan saat melihat mata dingin dan benci itu hatinya terasa begitu sangat sakit. Hati rapuh Jaejoong terasa tertusuk jutaan jarum.

Sesak.
Sakit.

Jaejoong seakan lupa caranya untuk bernafas. Paru- parunya terasa sesak.

“jangan menangis pabo.. jangan menangis.”

Tes

Tes

Tes

Tetes demi tetes air mata keluar begitu saja dari pupil mata Jaejoong.

“kenapa malah jatuh, eoh?” Jaejoong memaki- maki air matanya yang terus saja keluar tanpa perintah. Entahlah, bulir- bulir air mata itu tidak dapat berhenti.

“AAAH!!! Hiks!!”

Jaejoong menjambak rambutnya frustasi. Matanya memerah akibat menangis. Tangisannya begitu pilu.

“Yunie.. mianhae..”

–         TBC –

 

 ya ampun ini ff makin ngaco aja -__-

ga tau knp, rasanya gagal gt ._.

but, mind to comment? 🙂

FF / YunJae / PG / Severely, My Timeless Love / Chapter 1

Standard

Semoga suka ceritanya,ya! 😀 Ini ceritanya gabungan dari 3 lagu sebenernya. hehe

======================================================================

Author              : CiffonCake

Title                  : Severely, My Timeless Love

Cast                 : Yunho, Jaejoong,

Other Cast      : Junsu, Choi Siwon (Super Junior), Jessica (SNSD), Kim Hyun Joong , Yang Naomi (Pudding), & etc

Rating              : PG 15 / Yaoi

Chapter          : 1 / 2 atau 3 (kayaknya)

Genre               : Romance

————————————————————————————————————————————————

“Jadi, apa jawabanmu?”  Ucapku sambil menatapnya dalam-dalam. Mengharapkan jawaban positif.

“Hei, keringatmu bercucuran sudah seperti air terjun.” Ucapnya dengan senyuman yang begitu membuat hatiku berbunga-bunga. Aku berusaha membalas senyumannya dengan wajah tenang.

“Jadi, bagaimana?” Aku sudah tak tahan lagi. Kumohon… katakana “ya”. Satu kata yang ingin kudengar dari mulutmu. Cukup satu kata saja, itu sudah cukup. Aku pun tak bisa menahan keringatku yang mengucur semakin deras.

Senyumnya makin melebar. Dia membungkukkan badannya dan memandangiku yang sedang berlutut di hadapannya. . A-apa ini? Jangan-jangan… apa dia akan melakukan itu? Apa dia akan menciumku?

“Jangan tegang begitu.Tentu saja jawabanku adalah ‘ya’” Mendengar ucapannya itu, jantungku serasa ingin meloncat  kegirangan. Mataku berbinar-binar. Reflek, aku langsung memeluknya erat-erat.

“Gomawo.. Saranghae-yo..”

=O=

(Author’s POV)

Hari yang telah ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Sang mempelai wanita duduk manis di ruang rias dan dengan sabar menunggu riasannya selesai. Sejenak, dia meraba pipinya dan melihat ke cermin. Seakan baru menyadari betapa cantiknya dirinya.

“Sudah selesai.” ujar si piñata rias. “Kau tampak sangat cantik.”

“Ah, gomawo.” Sang mempelai wanita tersenyum malu.

Sang mempelai wanita berjalan keluar dari ruang rias dengan agak tertatih-tatih karena tak terbiasa menggunakan sepatu berhak tinggi. Ketika membuka pintu ruang rias itu, dilihatnya sang pengantin pria yang sedang tergesa-gesa berjalan menuju ke ruang utama.

“Hei, kau berkeringat lagi.” Ujar sang mempelai wanita kepada sang pengantin pria sambil menarik lengannya. “Tunggu di sini sebentar.” Si mempelai wanita masuk ke ruang rias sesaat, kemudian ia kembali sambil membawa saputangannya. Ia tersenyum pada sang pengantin pria dan mengusap keringatnya.

“Tak usah terlalu tegang. Tenang saja. Kita pasti bisa melalui ini semua. Jangan khawatir. Rileks saja.” Ujar sang mempelai wanita sambil mencubit pipi si pengantin pria.  Si pengantin pria hanya bisa memandangi sang mempelai wanita sambil terkagum-kagum akan kecantikannya.

“Kau.. cantik sekali.” Ucapnya. Seketika, tatapan mata si mempelai wanita berubah.

“Jangan katakana itu lagi. Aku tak suka dengan ucapanmu tadi.” Ucapnya sedikit ketus. “Tapi.., tak apalah. Karena hari ini adalah hari pernikahan kita, aku bolehkan kau mengucapkanyna. Tapi hari ini saja ya. “ si mempelai wanita pun mencubit bagian pipi si pengantin pria yang lain.

-o-

.Apakah saudara Jung Yunho  mengakui dihadapan Tuhan dan JemaatNya bahwa saudara  bersedia dan  mau menerima Saudari  Kim Jaemi  sebagai istri saudara satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup saudara? Apakah saudara mengasihinya sama seperti saudara mengasihi diri sendiri, mengasuh dan merawatnya, menghormati dan memeliharanya dalam keadaan susah dan senang, dalam keadaan kelimpahan atau kekurangan, dalam keadaan sakit dan sehat dan setia kepadanya selama saudara berdua hidup? Dan Apakah saudara bersedia menjaga kesucian perkawinan saudara ini sebagai suami yang setia dan takut akan Tuhan sepanjang umur hidupmu?” Tanya sand Pendeta pada si Pengantin Pria.

“Ya, saya bersedia.” Jawab sang Pengantin pria dengan mata berbinar-binar.

“Apakah saudari mengakui di hadapan Tuhan dan JemaatNya bahwa saudari bersedia dan  mau menerima Saudara Jung Yunho  sebagai suami saudari satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup saudari? Apakah saudari  bersedia tunduk kepada suami seperti jemaat tunduk kepada Kristus, mengasuh dan merawatnya, menghormati dan memeliharanya dalam keadaan susah dan senang, dalam keadaan kelimpahan  atau  kekurangan,  dalam keadaan sakit dan sehat  dan setia kepadanya selama saudari berdua hidup? Dan apakah saudari  bersedia menjaga kesucian perkawinan  ini  sebagai istri  yang setia dan takut akan Tuhan sepanjang umur hidupmu?” Tanya sang pendeta kepada si mempelai wanita.

“Ya, saya bersedia.” Jawab sang mempelai wanita sambil mengangguk dan tersenyum lembut.

Pasangan  itu pun memasangkan cincin di cari manis pasangan mereka dengan wajah penuh kebahagian. Lalu, di depan sekitar 10  umat yang hadir di sana, mereka saling menatap dan wajah mereka samkin lama semakin dekat dan bibir mereka pun bersentuhan, menandakan cinta mereka yang semakin menyatu.

Lonceng gereja berdentang menandakan upacara pernikahan telah usai. Pasangan baru itu keluar dari gereja dan menuruni tangga dengan wajah berseri. Orang-orang terdekat mereka berdiri di tepi anak tangga dan melemparkan bunga dengan penuh kecerian.

Begitulah, kisah sepasang anak manusia yang baru saja dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang suci.  Mungkin bagi sepasang anak manusia itu, ini adalah awal dari kebahagiaan mereka. Namun, takdir berkehendak lain. Ini adalah awal dari kisah penuh rintangan yang akan mereka alami……….

(Author’s POV end)

(Jaejoong’s POV)

Satu bulan sudah pernikahan kami berjalan. Kehidupan kami terasa begitu menyenangkan dan menakjubkan. Meskipun kami berdua tak bisa membiarkan orang banyak tahu kalau kami sudah menikah danharus menjalankan pekerjaan kami seperti biasa,  ini tetap terasa menyenangkan.

Hari itu adalah minggu pagi yang sangat tenang di rumah kami berdua. Rumah sederhana yang nyaman dan aman. Saat itu aku dan Yunho sedang nonton tv bersama. Tiba-tiba..

“Jaejoong-hyung! Jaejoong-hyung! Cepat buka pintunya!” Terdengar suara dongsaengku, Junsu yang mengetuk-ngetuk pintu rumahku dengan sangat keras. Aku pun bergegas membuka pintu itu.

“Ada apa, Junsu?” tanyaku penasaran.

“Syukurlah, kau ada di rumah, hyung.” Ucap Junsu dengan nafas tersengal-sengal. ”A-abeoji…”

“Ada apa dengan abeoji? Apa yang terjadi?”

.” Dia menanyakan keberadaanmu. Sebentar lagi sepertinya dia akan pergi menuju apartemenmu. “

“M-mwo?” aku terkejut setengah mati. Ternyata abeoji sudah sadar akan kepergianku.

“Ada apa?” Yunho menghampiri kami berdua dengan wajah penuh rasa kebingungan.  “Apa ada masalah?”

Aku menatap Yunho dengan tatapan penuh kekhawatiran namun berusaha tidak menampakkan rasa itu di hadapannya.

“Mian, aku harus pergi sebentar. Mungkin aku akan pulang agak terlambat. Nanti malam makan saja sup kimchi yang ada di dalam kulkas.” Ucapku sambil menarik tangan Junsu dan bergegas menuju ke garasi.

Aku dan Junsu masuk ke mobil. Sambil menyetir, kulihat Yunho yang sedan berdiri di depan pintu sambil bersandar ke dinding. ‘Memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini, aku tahu akan terjadi sesuatu pada hubungan kami. Tapi, aku sungguh tak menyangka akan terjadi secepat ini. Padahal aku sudah mempersiapkan segalanya. Namun ternyata, semua itu belum cukup.

~o~

Yunnie, maafkan aku. Tak kusangka akan secepat ini. Kumohon, janganlah marah padaku atau bahkan membenciku… Aku akan segera kembali. Aku janji… Aku akan mempertahankan cinta kita yang abadi ini..

~o~

Aku dan Junsu akhirnya sampa di bangunan bertingkat 21 itu. Aku dan Junsu berlari menuju lift. Kami berdua panic. Aku sudah menekan tombol naik tapi lift itu tak juga terbuka. Dengan terpaksa, aku dan Junsu berlari menuju tangga.

Menaiki ratusan anak tangga membuat kakiku dan Junsu terasa begitu sakit. Aku bahkan sudah tak bisa menghitung kami sudah sampai lantai ke berapa. Namun tanpa kami duga, abeoji berada berada di hadapan kami.

“Jaejoong, apa yang kau lakukan? Kenapa kau dan Junsu menaiki tangga sambil berlari? Ini kan lantai 19.” Tanya abeoji. Keringatku yang telah keluar menjadi bertambah deras. Tapi, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benakku.

“A-aku.., sedang berolahraga bersama Junsu.” Jawabku dengan terbata-bata karena hampir kehabisan napas.

“Eh, iya. Aku meminta Jaejoong-hyung untuk menemaniku berolahraga karena aku merasa beratku sudah naik sekitar 3 kilo. Jadi aku memintanya menemaniku kalau ada waktu luang.” Ucap Junsu dengan suara mendesah.

“Iya, karena pekerjaan di kantor begitu menumpuk aku tak bisa pergi ke pusat kebugaran. Jadi aku memutuskan untuk berolahraga di apartemen ini saja. Naik tangga dari lantai 1 sampai ke lantai 19 ini cukup melelahkan. Hehe.” Ucapku sambil tertawa kecil. Aku berjalan menuntun Junsu, dan abeoji serta 2 bodyguard-nya menuju ke apartemenku dan kemudian mempersilahkan mereka duduk.

“Akan kubuatkan kalian minuman sebentar.” Ucapku sambil berjalan menuju dapur.

“Hmm.., Jaejoong.. ada yang ingin ayah bicarakan denganmu.” Kata-kata yang keluar dari mulut ayahku itu sontak membuatku terdiam.

(Jaejoong’s POV end)

(Yunho’s POV)

Hari demi hari berlalu. Aku menunggu dan terus menunggu kedatangannya. Belahan jiwaku yang pergi meninggalkanku. Dia bilang hanya akan pergi sebentar.  Tapi aku akan terus dan terus menunggunya.  Karena aku tahu, cinta kami adalah cinta abadi. Cinta yang tak akan pernah lekang oleh waktu, dan hanya maut yang bisa memisahkan kami………

Jaejoongie.., aku terus memikirkanmu. Wajahmu yang menawan, desah suaramu yang begitu merdu, dan halusnya tanganmu yang sedang menyentuh pipiku selalu terlintas di benakku. Tak terasa sudah 1 tahun aku menunggu kedatanganmu.. Tapi, kau tak jua menampakkan wajah dan tubuhmu di hadapanku. Bukankah kau bilang hanya sebentar? Bukankah kita sudah berjanji untuk sehidup semati? Tapi mengapa kau tak mau membelai telingaku lagi dengan suaramu yang indah itu?

=O=

Aku duduk termenung di tengah kesendirianku. Tak memperhatikan televise yang menyala dan mengeluarkan suara bising. Tanpa menghiraukan serangga yang berlalulalang di hadapanku. Tanpa mendengarkan suara perutku yang sudah meminta untuk diisi. Aku duduk dan melamunkan dirinya.

Tiba-tiba, terdengar suaranya. Rasanya begitu dekat. Seakan dia ada tepat di hadapanku,

“Aku dan abeoji belum memutuskan apa-apa. Sebaiknya kita jangan mengambil kesimpulan yang begitu terburu-buru. Jika ada perkembangan, kami pasti akan memberitahu teman-teman media.” Ternyata suara itu berasal dari televise. Ketika KBS News menyiarkan sebuah berita : Kim Jaejoong, pewaris tunggal RG Group Dikabarkan akan segera Bertunangan.

Mataku langsung terbelalak dan memelototi kotak berisi gambar bergerak itu. Apa maksudnya semua ini?

“Lalu, apakah ini semua sudah diatur oleh Presdir Kim Hyun Joong? Apakah pertungangan ini dilatarbelakangi urusan bisnis?”  Tanya seorang wartawan pada Joongie-ku tercinta.

“Aku tak bisa memberi keterangan lebih lanjut Mianhamnida..”  ujar Jaejoong sambil berusaha menerobos puluhan wartawan yang ada di depan bangunan besar yang di depannya terdapat tulisan “RG GROUP”itu.

Hatiku begitu gundah setelah melihat dan mendengar semua itu. Apa maksud dari semua ini? Ini pasti tidak benar. Ini pasti hanya salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan mereka. Pertunangan itu tak mungkin terjadi. Aku meyakinkan diriku sendiri sambli menarik napas dalam-dalam.

Di tempat kerjaku, aku masih memikirkan pertunangan itu. Aku dunduk sambli melamun dan memutar-mutar kursi kerjaku.

“Pewaris tunggal RG Group akan bertunangan dengan gadis berinisial J.Hmm.., apa kau sudah mendengar berita ini, Yunho-hyung?” kata-kata itu membuatku tersadar dari lamunan yang mungkin tiada akhirnya itu. “Akhir-akhir ini, kau sering sekali melamun. Pasti karena hal ini. Iya, kan?” Tanya Yoochun, teman sekerjaku di kantor kepolisian Seoul sambil memegang Koran terbitan hari ini.

“Inisialnya ‘J’?  Kau bilang dia akan bertunangan dengan ganis yang namanya berinisal ‘J’?” J, siapa wanita yang namanya diawali huruf ‘J’? Seketika, bayangan wajah adikku terlintas di pikiranku. Apakah jangan-jangan.. Jessica? Tidak, aku harus memastikannya sendiri. Ucapku dalam hati sambil mengglengkan kepala.

“Berikan Koran itu padaku!” ucapku sambil mengambil paksa Koran itu dan membaca beritanya.

“Sejak kemarin berita tentang pertunangan Jaejoong sudah menjadi headline berita di Koran maupun televisi. Bagaimanapun juga dia adalah pewaris tunggal dari salah satu perusahaan paling berpengaruh di Korea. Setelah skandal karena adiknya tak mau mengambil lebih dari 2% saham perusahaan besar itu, RG Group juga semakin terkenal karena pertunangan Jaejoong ini. Kudengar, calon tunangannya juga seorang putrid dari konglomerat kaya. Meskipun perusahaannya tak terlalu terkenal, tapi pemiliknya sangat kaya. Menurut kabar burang yang ada, kalau tidak salah nama perusahaannya.. ” Yoochun mencoba mengingat nama perusahaan itu.

“Apa?” tanyaku penasaran.

“Haemin Group. Ya, Haemin Group.”

“Haemin Group? Jangan-jangan…..” Ternyata benar. Wanita itu adalah Jessica. Aku tak bisa membiarkannya. Aku segera mengganti pakaianku. Segera aku berlari sambil membawa Koran yang berisi berita pertunangan BooJae itu.

Akhirnya, aku berada tepat di depan gerbang bangunan besar itu. Aku mencoba untuk meredam emosiku dan meminta izin pada petugas keamanan agar bisa masuk. Pada awalnya mereka memandangiku dari atas ke bawah.Untungnya mereka tak memeriksa barang-barang bawaanku.

“Mianhamnida tuan, sebenarnya apa tujuan anda datang ke sini?” tiba-tiba, mereka melontarkan pertanyaan itu padaku yang baru saja mau berjalan masuk ke gedung itu.

“Aku.., hanya ingin bertemu teman lama.” Jawabku spontan dan tanpa piker panjang, aku kembali berjalan dan mempercepat langkahku.  Aku berjalan kea rah lift tanpa menghiraukan resepsionis yang terus memanggilku. Sesampainya di lantai 15 gedung besar itu, aku langsung berlari dan ketika melihat ruangan wakil presdir perusahaan itu, aku membukanya dengan segala tenagaku yang masih tersisa.

Tanpa kuduga sebelumnya, ternyata di ruangan itu ada Jessica dan Jaejoong yang sedang mengobrol.

“Oppa..?” Ucap Jessica dengan wajah terkejut. “Apa yang sedang kau lakukan di sini? Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Wajahnya yang tampak kebingungan membuatku tak tega memberitahu kebenaran yang ada.

“A-aku, aku hanya ingin memberi selamat kepada kalian berdua. Kudengar kalian berdua akan bertunangan.”

“Ah, tidak.. Itu belum diputuskan. Oh, iya. Kapan oppa akan pulang/? Appa pasti akan senang kalau oppa mau kembali ke rumah.”

“Oh, jadi dia adalah kakak laki-lakimu?” Jaejoong mengalihkan pandangan Jessica padanya. “Pasti namanya Jung Yunho, kan?” Jessica mengangguk tanda jawaban ya.

“Salam kenal, Yunho-sshi.” Jaejoong menyodorkan tangannya padaku.

“Ah, salam kenal juga. Selamat bagi kalian berdua.” Dengan berat hati, aku berjabat tangan dengannya. Rasanya sangat aneh karena harus berkenalan kembali dengan orang yang sudah kau kenal dengan baik.

“Oppaaa..! Bukankah sudah kubilang pertunangan kami itu belum bisa dipastikan. Jadi jangan memberi selamat pada kami dengan begitu cepat.” Mungkin yang dikatakan Jessica benar, tapi bagaimanapun tetap saja dialah yang akan menjadi tunangan Joongie-ku.

“Kapan tanggal akan ditetapkan?” tanyaku mencoba untuk mengorek informasi lebih dalam.

“Appa bilang tanggal akan ditetapkan secepatnya.Tapi menurutku,  lebih baik kami menjalaninya dengan santai dulu. Kami kan baru berpacaran dua bulan. Jadi kupikir appa terlalu cepat mengambil langkah.”

“Hmm.., ngomong-ngomong., bagaimana kalian bisa bertemu? Aku penasaran.”

“‘Pertemuan kami benar-benar tak terduga. Sebenarnya, Jaejoong-oppa adalah seniorku waktu aku kuliah. Lalu, suatu ketika saat aku sedang menontong pertunjukan opera, kami berdua ingin duduk di tempat yang sama. Tak kusangka dia adalah kakak dari bintang utama opera itu. Lalu, Jaejoong-oppa memintaku berkenalan dengannya dan memperkenalkanku kepada adiknya, Junsu-oppa. Lalu, aku dan Jaejoong-oppa mulai sering jalan bersama dan akhirnya kami pacaran.” Mendengar jawaban Jessica, hatiku serasa terguncang. Sebegitu mudahkah dia melupakanku? Sampai-sampai dia tanpa mempedulikan perasaanku dengan gampangnya berpacaran dengan adikku sendiri.

:Ah, sepertinya jam istirahatku sudah habis. Mian, aku harus pergi lebih dulu. Permisi..” ucapku sambil berpura-pura melihat arloji yang ada di tangan kiriku.

“Oppa, aku ikut! Antarkan aku ke rumah sebentar, ya!” Kata Jessica dengan wajah penuh harap dengan mata memelas.

“Iya,iya. Tapi aku tak usah masuk ke rumah ya.” Jawabku dengan nada agak malas.

“Eh, Yunho-sshi, bisakah kita bicara berdua saja?” Jaejoongmemotong pembicaraanku dan Jessica. “Bisakah kita bicara empat mata?”

Aku menoleh ke arahnya. “Tentu. Tak masalah bagiku.”

“Jessica, bisa kau keluar sebentar?” Tanya Jaejoong dengan lembut disertai senyumannya yang khas. Terlihat sangat jelas bahwa Jessica benar-benar jatuh hati pada Jaejoong. Dia mau melakukan segala yang diinginkan Jaejoong. Dan aku yakin tak akan mudah baginya untuk bisa melepaskan Jaejoong. Sama sepertiku.

Melihat Jessica yang sudah keluar dari ruangan ini, aku menatap paras Jaejoong dan berjalan ke arahnya sambil merentangkan tangan, ingin memeluknya.

“Jangan sekarang.” Aku tertegun. “Di sini ada banyak kamera cctv yang mengawasiku.”

“Mengapa kau melakukan ini? Kau kan yang lebih dulu mengajak Jessica untuk berpacaran?”

“Aku terpaksa.” Jaeab Jaejoong lirih sambil menundukkan kepalanya.

“Tapi kenapa? Tak sadarkah kau telah melukai hatiku? Tadinya aku tak ingin mempercayainya. Tapi ternyata itu semua benar.”

“Sudah kubliang aku terpaksa. Aku tidak ingin kau celaka. Abeoji sudah mencurigai hubungan kita. Meskipun aku sudah mengubah identitasku saat kita menikah dan berpura-pura menjadi seorang wanita, aku tahu ayah terus mengawasiku dari kejauhan. Untungnya dia tak tahu bahwa orang yang kucintai itu adalah kau. Jadi, aku berusaha mencari seorang wanita agar ayah percaya bahwa aku bukanlah seorang homoseks. “

“itu berarti, kau masih mencintaiku, kan?” Tanyaku dengan hati penuh harapan.

Jaejoong mengangguk dan tersenym.

“Aku berharap kau tidak marah karena aku sudah memanfaatkan adikmu. Tapi menurutku ini adalah satu-satunya cara  untuk bisa mempertahankan hubungan kita. Sekali lagi, maafkan aku.”

“Tidak, tak apa-apa.Selama kau melakukannya dengan alasan  yang kuat dan tetap mencintaiku, aku tak akan pernah marah padamu.” Aku membalas senyumnya itu.

“Tapi.., tunggulah sebentar. Tunggulah sebentar saja. Meskipun satu hari serasa setahun, tapi tetaplah menunggu. Aku juga merasakan bagaimana sakitnya harus berpisah denganmu. Hanya saja, demi cinta kita, tunggulah sebentar. Biarpun menyakitkan, tapi ingatlah. Karena ini adalah… Cinta yang abadi. “

Aku keluar dari ruangan itu dengan hati yang terharu. Ini semua demi cinta kami berdua. Yang aku perlu lakukan hanya menunggu sebentar. Meskipun menyakitkan, tapi aku harus tetap menunggu. Apapun yang terjadi, aku tetap harus menunggu.

“Oppa, tadi kalian membicarakan apa?”

“Tidak, tidak ada hal penting yang kami bicarakan. Kami hanya sedikit berkenalan satu sama lain.

“Oooh, kalau begitu ayo antarkan aku  pulang.” Jessica menarik-narik tanganku dengan manja.

“Baiklah.” Jawabku sambil merangkul pundak Jessica.

Ketika aku sampai di rumah besar bergaya mediterania itu, aku menghela napas dan mempersiapkan diriku. Mempersiapkan diri untuk bertemu orang yang telah sangat lama tak kutemui. Orang yang sebenarnya tak pernah ingin kutemui.

“Oppa, katanya tadi tidak mau masuk?”

“Ehm, kalau begitu aku akan mengbrol sebentar dengan Appa.”

Aku mengetuk pintu kamar itu. Tak ada suara dari dalam.

“Appa.., ini aku. Yunho. Aku sudah kembali.  Boleh aku masuk?” Tanyaku sambil berbisik. Tak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka. Dia memandangiku dengan matanya yang tajam itu.  Tanpa mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya, dia memelukku erat sambil menangis.

“Kau sudah pulang.. Putraku sudah pulang..”

“Appa, hentikan.” Ucapku sambil melepaskan diri dari pelukannya.  Sesaat, dia menatapku dengan wajah kebingungan. Tak kusangku, tubuhnya sekarang sudah begitu lemah. Saat kulepaskan diriku dari pelukannya, badannya seakan mencoba memberi perlawanan, hanya saja tak memiliki cukup kekuatan. Untuk berdiri saja, ia membutuhkan tongkat untuk memapah tubuhnya. Rasa iba dan penyesalan memenuhi hatiku, tapi aku berusaha menampiknya.

“Tak kusangka, baru 3 tahun aku meninggalkanmu, kau berubah begitu banyak.”

“A-apa maksudmu, Yunho?”

“Tidak. Tidak apa-apa. Kau hanya terlihat tua dan lemah. Cih, sungguh menyedihkan. Sekarang sepertinya kau bukan lagi orang serakah yang suka menindas orang lain demi kepentinganmu sendiri. ”

“Hah..?” tanyanya  dengan setengah suara.

“Baiklah. Langsung pada pokok pembicaraan. Kenapa ayah mau menjodohkan Jessica dengan namja itu? Apa karena dia kaya? Apa ayah ingin merebut harta keluarganya? Kenapa kau mengaku sebagai seorang konglomerat kaya?”

“Bu-bukan begitu.. Appa hanya..”

“Oke, kau memang kaya dank au memang seorang pengusaha. Tapi kau kan seorang Bandar narkoba kelas kakap yang gila harta dan berdarah dingin. Tak cukupkah kau telah membuatku sedih dengan menjadi pengkhianat Negara dan buruan polisi selama 28 tahun?”  Aku tak dapat meredam luapan amarah yang ada di hatiku.”

“Yunho, appa hanya ingin adikmu bahgia. Appa hanya ingin membuat adikmu bahagia. Appa tak mau mengulangi kesalahan yang pernah appa perbuat padamu.” Jelasnya singkat sambil memegang lenganku.

“Jangan mengada-ada!” bentakku. “Bukankah kau sudah tau?  Namja yang akan bertunangan dengan Jessica itu adalah.. Ah, sudahlah. Sepertinya tak ada gunanya aku bicara panjang lebar padamu. ”

Aku melepaskan genggaman tangannya yang lemah itu dengan paksa. Tak perlu mengeluarkan begitu banyak tenaga untuk melakukan itu. Aku memalingkan pandanganku dan pergi sambil membanting pintu kamar itu.

Dari dalam kamar, terdengar suara kaca yang jatuh kemuadian pecah, namun aku tak mengindahkannya. Aku menuruni tangga melingkar yang dulu sering kujadikan tempat untuk berseluncur itu.

“Oppa, sudah mau pergi? Cepat sekali.” Tanya Jessica yang baru keluar dari kamarnya.

“Iya.” Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Sampai jumpa. “ aku melambaikan tangan pada adikku yang manis itu.

Ketika aku keluar dari rumah super megah bertingkat 3 itu, terdengar suara seseorang yang memanggil-manggil namaku. Tapi lagi-lagi, aku tak menghiraukannya.

“Nona muda! Cepat kemari!” suara tuan Lee yang sedang berteriak memanggil Jessica terdengar dari kejauhan..

Aku berjalan sambil mengambil kunci mobil yang ada di saku celanaku. Apapun yang terjadi, aku tak boleh memikirkan si tua Bangka itu lagi. Aku harus bisa menghapusnya dari benakku pikirku. Ini semua salahnya, pikirku. Aku menyalakan mesin mobil dan pergi secepat mungkin.

=o=

Rasa benci yang begitu besar sudah tumbuh begitu cepat di benakku. Meskipun masih ada serpihan=serpihan kecil dari rasa iba dan kasih saying yang tersisa, aku mencoba untuk menghalau semua itu. Rasa benci itu, juga bukan aku yang memintanya untuk tumbuh. Tapi inisemua kau yang memulai….Appa

=o=

(Yunho’s POV end)

(To Be Continued)

==================================================================================

Tadinya mau dibikin oneshoot, tapi gabisa. Hehe.  Silahkan Komen sebanyak-banyaknya!!!

FF/ YunJae/ The Truth/ chap 1

Standard

ini mungkin ff terakhir yg bakal saya post
dan akan mulai nulis lg entah kpn XD

so, douzo

Tittle: The Truth
Author: Naomi a.k.a Pudding~
Rating: PG-15
Genre: romance, yaoi, mistery?
Lenght: 1 ?
Cast:

  • Jung Yunho
  • Kim Jaejoong
  • Shim Changmin
  • Park Yoochun
  • Lee Jonghyun (CNBlue) as Jung Jonghyun
  • And many more!

———————————————————–

“Aku tidak mau, titik.”

Suasana tegang terasa jelas di dalam ruang keluarga tersebut. Putra termuda dari keluarga Jung itu melipat kedua tangannya di dada sambil bedecak kesal.  sedangkan putra tertua dari keluarga Jung menatap dongsaeng nya –yang hanya berjarak beberapa bulan- datar. Tak ada emosi sama sekali di dalam wajah rupawannya.

“Yunho.. dengarkan appa.. appa hanya..”

“hanya apa, eoh? Sebenarnya anak kandung appa itu siapa? Aku atau dia?” kesal Yunho sembari menunjuk pemuda yang tidak lebih muda darinya itu. Yunho membulatkan matanya kesal saat melihat pemuda yang ia tunjuk hanya menatap nya sekilas, kemudian mengganti arah pandangannya ke samping.

“Aku pergi!!”

BLAM!

Tidak tahan dengan keadaan rumah, Yunho segera berlalu keluar dari kediaman Jung yang terbilang sangat mewah. Sang kepala keluarga –alias Jung Jonghyun- menghela nafas berat. Ia memijat- mijat pelipisnya, mencoba menghilangkan rasa pusing yang datang.

“sudahlah appa. Nanti emosinya juga hilang sendiri.”
hibur putra tertua dari seorang Jung Jonghyun sambil tersenyum manis. Jung Jonghyun membalas senyuman anak kesayangannya.

“tapi joongie- ah entahlah.. aku tidak tahu bagaimana membuatnya mengerti.”

Jung Jonghyun menjambak rambutnya frustasi. Ia memejamkan matanya kuat- kuat. Sampai bulir- bulir air mata mulai menyeruak keluar dari pupil lelaki setengah baya yang terlihat masih tampan itu. Kim- ah, mungkin lebih tepatnya Jung Jaejoong mengangkat tangan appa nya dan memandang lelaki itu sedih, seakan berkata, jangan sakiti dirimu sendiri.

“ia tidak perlu mengerti. Atau lebih tepatnya, tidak boleh mengerti, appa..”

—- The Truth —-

“Sial!”

Umpat Yunho kesal sambil menendang- nendang kaleng soda yang tidak bersalah itu. Terus saja umpatan- umpatan keluar dari bibir hatinya.

“apa- apaan dia? Kim Jaejoong! Aku benar- benar membenci mu!”

Yunho menendang kaleng soda itu dengan sangat kencang sampai mengenai kepala seorang laki-laki. Mata Yunho kembali membulat. Ia panik, sangat panik.

“A-aduuh!!” teriak pemuda itu kesakitan. Dengan cepat, Yunho berlari menuju pemuda itu.

“aah.. itu.. mianhae..”

Yunho gelagapan. Ia menelan saliva nya perlahan. Apa yang harus ia lakukan jika orang itu lupa ingatan? apa ia akan dipenjara? Di hukum oleh sang appa? Pertanyaan- pertanyaan aneh kembali muncul di otak seorang Jung Yunho. Bahkan pemuda itu hanya terkena pukulan kaleng, tidak mungkin sampai hilang ingatan, ani?

“eh? Park Yoochun?” kaget Yunho. Jari telunjuknya kembali ia gunakan untuk menunjuk. Yunho menutup mulutnya menahan tawa saat melihat jidak lebar Yoochun semakin membesar akibat benjolan merah yang tepat berada di tengah jidatnya.

“Ahahahahaha… ahaha.. oh Tuhan.. jidat mu, ahaha..”

Yunho memeluk perutnya sendiri, menahan tawa. Penasaran, Yoochun mengambil cermin dari tas nya dan segera mengaca, sampai tiba- tiba…

“ANDWAE!!! Jidat indah ku!!!”

Teriak Yoochun frustasi yang semakin mengundang tawa dari mulut Yunho. isak tangis keluar dari bibir sang cassanova –saat melihat jidatnya. Sampai selang beberapa detik, akhirnya Yunho berhenti dari tawanya.

“baiklah, sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau aku mentraktirmu di bar, otte?”

—- The Truth —

Jaejoong menghempaskan tubuhnya di ranjang. Ia membolak- balik tubuh atletisnya ke kanan dan kiri –mencari posisi yang nyaman. Jaejoong membuka nakas berwarna hitam di samping tempat tidurnya, kemudian mengambil sebuah bingkau foto bercorak coklat itu. Senyuman kecil tersinggung di wajah rupawannya. Di sana terdapat gambar sebuah keluarga yang tampak bahagia –dengan umma, appa, dan sang anak yang tertawa gembira.

Selang beberapa menit, Jaejoong kembali memasukkan bingkai foto itu. Dan mengambil sebuah bingkai foto lainnya. Di sana terdapat gambar dua anak laki- laki yang tersenyum bersama. Sungguh terlihat bahagia, dan sangat akur.

“haah.. Jung Yunho..”

Jaejoong kembali tersenyum kecil. Namun senyumannya kali ini terlihat begitu sedih. Tidak lama, akhirnya Jaejoong memasukkan semua bingkai foto berharganya ke dalam nakas kembali.

You got the wrong number, you got the wrong number~

Jaejoong mengedarkan pandangannya mencari sumber suara, yang tidak lain adalah ponselnya. Dan segera saja ia menekan tombol hijau pada ponsel nya.

“yaboseyo?”

Jaejoong berdiam sejenak mendengar perkataan seseorang di seberang sana. Sampai akhirnya..

“Mwo? Aiishh nde, aku akan kesana!”

Pip

Jaejoong memutus hubungan pertama. Dengan cepat Jaejoong mengambil jaket kulit dan kacamata hitamnya.

Shit! Semoga masih terburu!”

Jaejoong berlari menuruni anak tangga dan segera masuk kedalam mobil audi R-8 nya. Tanpa membuang waktu, Jaejoong segera menjalankan mobil mewah itu dalam kecepatan maksimal.

–         Mirotic Club –

Jaejoong masuk ke dalam club dengan hati- hati. Ia tidak mau kalau sampai Yunho melihatnya masuk ke dalam club. Karena ia tahu, sangat tahu bahwa Jung Yunho sangat membencinya.

pip

“dia ada dimana?” Jaejoong mengangguk setelah mendengar suara seseorang di seberang sana menjelaskan.

“nde, arraseo.”

Pip

Jaejoong masuk ke dalam ruang VIP dimana hanya orang- orang terpandang yang dapat masuk ke dalam sana. Jaejoong mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang dijelaskan oleh rekan kerjanya di telpon. Ciri- cirinya berambut pirang, tinggi, menggunakan baju berwarna merah, ucap Jaejoong dalam hati.

Bingo, itu dia

Jaejoong jalan mengendap- ngendap mengikuti seseorang yang terlihat mencurigakan itu. Wajah lelaki itu tidak jelas. Yang Jaejoong tahu, lelaki itu membawa sebuah pistol hitam di tangan kirinya. Lelaki mencurigakan itu mengangkat pistolnya dan mengarahkan pistol itu kepada yang sosok yang sangat Jaejoong ketahui.

BRAK!

“eeehh?? Apa yang kau..”

Kaget lelaki itu saat Jaejoong menyerangnya dari belakang. Jaejoong menendang punggung lelaki itu sampai ia tersungkur.  Kemudian ia mengambil pistol itu dan menginjak punggung lelaki itu dengan menarik kedua tangannya.

“Aaakkh!” teriak lelaki itu kesakitan.

Pip

“aku mendapatkannya.”

“…”

“arraseo, cepatlah. Kutunggu.”

Pip

Jaejoong membuka kacamata hitamnya dan menatap lelaki itu tajam, sampai- sampai membuat lelaki itu menelan salivanya ketakutan.

“baiklah, sekarang katakan.. apa yang kau inginkan?”

“ap- apa maksudmu.”

Krek!

“Aaakh!”

“cepat katakan kalau kau tidak mau tangan mu patah.” Jaejoong berbisik sedikit mendesah di telinga lelaki itu yang membuatnya semakin ketakutan. Keringat dingin mulai muncul dari pelipis lelaki itu.

“aku.. aku hanya disuruh untuk membunuh ‘nya’.”

“siapa? Siapa yang menyuruhmu?” tanya Jaejoong dengan suara yang terdengar sangat dingin. Wajah rupawannya seakan ingin membunuh orang hidup- hidup. Benar- benar mengerikan.

“tu-tuan Choi Seunghyun.” Jawab lelaki itu gelagapan. Jaejoong mendesah, dan mengangguk. Yang pasti saat ini ia mendapat satu jawaban berharga. Langkah derap kaki mengalihkan pandangan Jaejoong, dan segera saja ia menoleh kearah sumber suara.

“Hyung! Gwenchana?” tanya lelaki tampan yang sangat tinggi dengan panik. Jaejoong tersenyum manis, dan berkata.

“nde, gwenchana.” Jaejoong mempersilahkan lelaki itu berdiri dan segera saja para polisi itu memborgol lelaki itu dan membawanya pergi dari lokasi.

 

—- The Truth —

 

“Mwo? Jung Jaejoong akan menjadi ahli waris selanjutnya?”

Teriak Yoochun kencang. Untung saja mereka sedang berada di bar yang pastinya ramai. Yunho menutup kedua telinga nya sambil menutup kedua matanya.

“Ya! Jangan menyebutnya dengan nama keluarga ku!”

Yoochun mengangguk. Yoochun lupa bahwa Yunho sangat, sangat membenci seorang Kim Jaejoong, terutama saat orang- orang memanggilnya dengan Jung Jaejoong.

Yunho menghela nafas berat sebelum akhirnya membuka suara.

“yaah.. aku juga tidak mengerti dengan jalan pikiran appa. Kenapa ia malah memberikan perusahaan pada tangan anak pungut itu.”
Yunho menggaruk- garuk kepalanya yang tidak gatal. Sesekali ia meminum bear nya yang berkadar tinggi itu.

“hey, Yunho. bukankah dulu kau dekat dengan Jaejoong?” tanya Yoochun menyelidik. Yunho berhenti minum dan mengalihkan pandangannya sebentar pada Yoochun. Ia mendesah.

“entahlah.. aku-“

BUK!

Yoochun dan Yunho serentak mencari sumber suara. Dahi mereka saat itu juga berketrut bersamaan saat melihat para polisi yang berlari- lari.

“ada apa itu?” tanya Yunho kepada seorang bartender bar yang kebetulan sedang membawa 1 botol soju kepada Yunho.

“ah itu.. sepertinya ada pembunuh bayaran.” Jawab bartender bar itu tenang.

“mwo? Pembunuh?” pekik Yunho cukup keras. Mendadak tubuhnya bergetar hebat. Keringat dingin mulai menetes dari pelupuk dahi.

Memori masa lalu yang rusak di dalam otaknya itu kembali terputar.

Tidak!

Yunho tidak ingin mengingatnya. Sama sekali tidak ingin mengingat kejadian buruk dan menyedihkan yang menimpanya 16 tahun silam.

“tuan, anda tidak apa- apa?”

DEG!

Seakan tersadar, Yunho segera menghapus keringat dingin yang membasahi tubuhnya, dan menjawab.

“n- nde gwencaha.”

Sang bartender bar itu mengangguk dan segera berlalu dari ruangan itu. Yunho menarik nafas dalam- dalam dan mengeluarkannya perlahan. Setidaknya hal itu dapat membuatnya tenang.

“ya, Yunho. wae? Teringat masa-“

“tidak apa- apa.” Potong Yunho cepat sebelum Yoochun melanjutkan kata- kata nya yang pasti akan membuat Yunho semakin sakit.

“hei.. yang disana.. bukankah Jaejoong?”

Yunho menolehkan kepalanya ke samping, dan yang benar saja. Jaejoong ada disana, dengan seorang laki- laki yang Yunho kenal, Shim Changmin –rekan kerja Jaejoong. Tanpa sadar, Yunho mengeratkan kepalan tangannya dengan mengertakkan gigi- giginya. Ia kesal. Ia kesal melihat Jaejoong tersenyum kepada lelaki itu. Kesal? hey, kenapa Yunho harus kesal? bahkan ia membenci Jaejoong kan?

“Yoochun, ayo pulang. Aku sudah muak.”

—- The Truth —

“aku pulang.”

Jaejoong melepas kedua sepatunya sebelum masuk ke dalam kediaman Jung yang besar. Jaejoong tersentak saat melihat Yunho yang bersender di dinding sambil melipat tangannya. Mata musangnya menatap tajam sosok Jaejoong. Jaejoong berjalan melewati Yunho begitu saja, bahkan tanpa melirik Yunho sedikitpun.

Grep!

Tanpa Jaejoong duga, Yunho dengan cepat menarik tangan Jaejoong dan menatapnya semakin tajam.

“apa?”

Datar. Sekali lagi, Jaejoong memandang Yunho dengan wajah yang sangat datar. Tidak ada aura kehidupan di dalam wajah cantiknya.

“dari mana kau?”

Tanya Yunho dengan suara yang terdengar serius. Jaejoong terkekeh kecil. Tawa yang terlihat mengejek. Hey, memang apa yang lucu?

“huh? Tumben kau perhatian. Lagi pula, itu bukan urusan mu!”

Ucap Jaejoong kesal. Ia meleraikan tangannya kasar dari genggaman Yunho. Dengan cepat, Jaejoong segera berlari menuju kamarnya –meninggalkan Yunho sendiri.

“ada apa dengan ku?”

—- The Truth —

Pagi ini hujan membasahi kota Seoul dengan derasnya. Bau tanah serta suara angin dan rintikan air hujan begitu jelas terasa. Pohon- pohon besar bergeser berirama mengikuti arah sang angin. Namun semua keadaan tersebut tidak dihiraukan oleh lelaki berparas tampan yang masih berkutat di dalam selimutnya. Sesekali ia mengguling- guling tubuhnya ke kiri dan kanan, mencari posisi yang nyaman. Sebenarnya, lelaki itu tidak benar- benar tidur. Bahkan ia sudah membuka kedua matanya sejak tadi. Namun ia begitu enggan untuk keluar dari dalam selimut tebal yang begitu nyaman, menurutnya. Bahkan suara ketukan pintu pun tidak ia hiraukan.

“Tuan muda, tuan muda. Cepat bangun, anda harus berangkat ke kantor pagi ini.” Seorang maid cantik mengetuk- ngetuk pintu tuannya dengan cepat. Yunho menyeringit. Sungguh, ia sangat malas untuk berangkat kerja hari ini. Ia malas untuk bertemu staff- staff yang mencibir membicarakannya, dan tentu saja malas untuk bertemu dan mendengar pembicaraan dan pujian untuk Kim Jaejoong.

“nde, aku bangun.”

Yunho menyibak selimut tebalnya. Ia membuka lemari jatinya dan mulai mencari kemeja yang pas untuknya. Setelah selesai, Yunho segera berlalu ke kamar mandi yang terletak di arah timur tempat ia berada.

Setelah berkutat di kamar mandi, Yunho keluar dari kamarnya dan menuju ke arah meja makan. Namun langkahnya tiba- tiba terhenti di depan sebuah kamar seseorang yang amat ia benci. Tentu saja, Kim Jaejoong.

“Sial!”

Samar- samar Yunho mendengar umpatan dari balik kamar. Yunho memperjelas pendengarannya dengan menempelkan telinganya di depan pintu kamar.

“aish menyusahkan saja, kenapa luka 2 hari yang lalu terbuka lagi, eoh?”

Luka?

Luka apa?

Tidak tahan dengan rasa penasaran yang meledak- ledak, Yunho segera membuka pintu kamar Jaejoong secara sepihak. Mata Yunho melebar dengan sempurna saat melihat luka- luka sayatan yang memenuhi tubuh atletis Jaejoong. Darah segar mengalir dari perut sixpack nya dengan perban- perban yang melilit di perutnya. Perban yang semula berwarna putih itu berubah warna menjadi merah kecoklatan. Tenggorokan Yunho terasa tercekat. Sesak. Sakit. Entah mengapa, Yunho merasakan sakit yang sama dengan Jaejoong.

“Jung Yunho? y-yah, apa yang kau lakukan?” tanya Jaejoong saat ia sedang menggulung perban itu di perutnya.

“kau.. kenapa?” tanya Yunho yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan Jaejoong. Jaejoong meringis kesakitan saat Yunho mencengkram pundaknya yang berwarna biru kemerahan.

“Hentikan!” teriak Jaejoong yang tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimpanya. Dengan cepat, Jaejoong segera melilitkan perban itu di perutnya dan memakai kemeja hitam yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bak salju.

“sudahlah, cepat kita sarapan. Appa menunggu.”

Kembali Jaejoong berjalan sendirian, meninggalkan Yunho dan tanda tanya di dalam benak Yunho.

Keadaan ruang makan kediaman Jung itu sama sekali tidak memperlihatkan aura keceriaan. Betul- betul suram. Seluruh anggota keluarga yang hanya terdiri dari appa dan kedua anak itu hanya melamun, bekerja dalam pikiran masing- masing.

“aku selesai.”

Perhatian Jonghyun dan Yunho segera beralih ke Jaejoong yang sudah berdiri sambil menghapus sisa- sisa makanan di bibir merahnya dengan menggunakan tisu.

“aku pergi dulu.”

“nde, hati- hati Jae-ah.”

Jaejoong mengangguk. Ia mengambil payung merah dari balik pintu dan segera berjalan menuju tempat parkir dimana mobilnya berada. Yunho mendesah. Walaupun mereka tinggal bersama, bahkan bekerja di tempat yang sama, namun mereka tidak pernah sama sekali pergi ke kantor bersamaan.

“aku juga. Aku pergi, appa.”

Tanpa menunggu persetujuan sang appa, Yunho segera berlari menyusul Jaejoong. Namun naas, mobil Jaejoong sudah menghilang dari pandangan. Tanpa menunggu lama, Yunho segera masuk ke dalam mobil maserati granturismo sportnya tanpa menggunakan payung terlebih dahulu. Dan mulai mengendarainya dengan kecepatan sedang.

“yo, bro!” sapa Yoochun saat melihat Yunho yang sedang berjalan keruangannya. Ya, Yoochun memang bekerja di perusahaan terkemuka di asia milik Jung Jonghyun, selaku appa dari Yunho.

“bagaimana kalau nanti kita ke club? Kau tau, ada yeoja baru yang sexy, kalau tidak salah namanya Kwon Yuri. Bagaimana?” tawar Yoochun dengan wajah mesumnya. Yunho mendesah. Yeoja, yeoja, dan yeoja. Tidak bisakah yeoja menghilang sebentar saja dari otak sang cassanova Park Yoochun.

“aku sedang tidak berminat.” Jawab Yunho sekenanya. Yunho melanjutkan langkahnya menuju ruangannya. Sekali lagi, langkah Yunho berhenti tepat di pintu ruangan Jaejoong.

“bagaimana hyung?”

Changmin?

Perasaan penasaran kembali menyeruak dalam hati Jung Yunho. Yunho melakukan kembali kegiatannya di rumah yang sempat tertunda, menguping.

“sepertinya, kali ini Lee Donghae.”

‘Donghae? Pemilik LDcrop?’ pikir Yunho bingung. Yunho semakin mengeratkan pendengarannya.

“ya Yunho apa yang kau- hmmmpppff!!”

Yunho menutup mulut Yoochun sebelum ia menghancurkan aktifitas Yunho lagi.

“diam.” Yoochun mengangguk dan ikut menempelkan telinganya di pintu ruangan.

—- The Truth —

“bagaimana hyung?”

Tanya Changmin kepada Jaejoong yang sedang membaca dokumen- dokumen yang menumpuk di meja kerjanya.

“sepertinya, kali ini Lee Donghae.” Jawab Jaejoong malas. Jaejoong menghempaskan tubuhnya di sandaran jok kursi nya. Ia melempar dengan malas dokumen- dokumen yang baru saja ia pegang ke meja kerjanya.

“kalau begitu…” Changmin memotong perkataannya sendiri saat mendengar sebuah keributan kecil yang berada di luar ruangan Jaejoong.

“sst. Yunho ada diluar.” Bisik Jaejoong tepat di telinga Changmin, yang membuat Changmin sedikit berdigik. Changmin memperhatikan keseluruh wajah Jaejoong yang benar- benar dekat dengan wajahnya saat ini. Kedua bola mata besar yang bening, hidung mancung yang kecil, bibir merah yang menggoda ditambah kulit putih susu yang semakin menampakkan kesan cantik pada dirinya. Sangat sempurna.

“ada apa?” tanya Jaejoong yang sedikit risih diperhatikan seperti itu oleh Changmin. Changmin tersentak. Ketahuan, ani? Dengan cepat, Changmin menggelengkan kepalanya lucu, -menurut Jaejoong- yang mengundang kekehan kecil dari bibir chery nya.

“baiklah, urusan ini kita urus nanti. Aku ingin pergi.”

“eh? Kemana?”

“entahlah.” Jawab Jaejoong sekenanya. Jaejoong membuka pintu ruangannya yang langsung disambut oleh wajah kaget Yunho dan Yoochun. Yunho menggaruk- garuk kepalanya yang tidak gatal. Salah tingkah. Jaejoong tersenyum manis –atau lebih terpatnya menyeramkan- dan segera pergi dari hadapan kedua lelaki itu.

“aiishh.. ku kira aku akan mati.” Yoochun mengatur nafas nya yang memburu. Tidak dapat dipungkiri, Yoochun benar- benar ketakutan saat melihat senyuman membunuh milik Jaejoong.

“haah baiklah, tuan Jung. Aku sedang malas bekerja. Jadi selamat tinggal. Aku ingin bersenang- senang.” Ucap Yoochun seenaknya. Hey, memang kau pikir ini perusahaan mu?, batin Yunho kesal. Yoochun segera melangkah menuju lobi, namun langkahnya terhenti saat Yunho menyela.

“aku.. aku ikut.”

—- The Truth —

“terima kasih banyak.”

Ucap seorang kasir dengan wajah memerah. Oh well, sepertinya perempuan ini telah jatuh hati kepada seorang Kim –Jung- Jaejoong. Jaejoong tersenyum. Ia keluar dari supermarket yang berada cukup jauh dari kantor. Sudah hampir sejam yang Jaejoong meninggalkan kantor. Jaejoong berjalan menuju lapangan parkir dan mulai mengendarai Audi R-8 nya menuju kantor. Jaejoong menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Ia malas untuk cepat- cepat menuju kantor. Ia malas bertemu dengan Jung Yunho yang akan menatapnya dengan tatapan tidak suka. Dan tidak lama lagi perusahaan akan jatuh di tangan Jaejoong, yang pasti akan menambah kesan buruk di mata Yunho. Mau bagaimana lagi? Hal itu Jaejoong lakukan untuk ‘melindungi’ Yunho.

Pandangan Jaejoong tiba- tiba tertuju pada seorang, ah bukan. Tapi dua orang laki- laki yang berjalan menuju sebuah club.

Jaejoong memberhentikan mobilnya tepat diseberang club. Mata Jaejoong dengan cepat berlari mencari satu sosok. Sosok yang berbahaya. Bingo, Jaejoong menemukannya. Ia melihat seorang lelaki menggunakan topi di atas gedung besar yang menodong sebuah senapan besar, menuju.. Jung Yunho. dengan cepat, Jaejoong segera keluar dari mobilnya dan berlari menuju satu sosok, Jung Yunho.

“Yunho!!! awasss!!”

Jaejoong memeluk tubuh Yunho cepat. Membuat Yunho dan Yoochun kaget.

Dor!

Mata Yunho terbelalak dengan sempurna. Darah segar mulai turun dari punggung Jaejoong.

“Yunh.. g-gwenchana?” tanya Jaejoong disela- sela sakitnya. Tetes demi tetes air mata keluar begitu saja dari pelupuk mata Yunho.

BRUK!

“JAEJOONG!!!”

– TBC-

pendek? memang!

gagal? memang!

mau sok2 bikin ff mistery, beginilah jdnya~ hancur lebur XD
mianhae klo byk typo(s), tanpa edit soalnya 😀

ada yang tak tau Lee Jonghyun? Lee Jonghyun itu guitaris dr CNBLUE~ ganteng deh #plak

mind to comment? 🙂

FF/ YunJae/ The Boy’s Letter/ Oneshot

Standard

my last ff di bulan ini, mungkin ^^

karna mau ujian, jd ya gt deh (?)

ini ada kaitannya ama ff ku yg SECRET!

so, douzo

😀

—————————————————

Tittle: The Boy’s Letter
Author: Naomi a.k.a Pudding~
Rating: PG-15
Genre: romance, short fic
Lenght: oneshot
Cast: Jung Yunho, Kim Jaejoong and the other

———————————————————–

there’s a boy who only knows me
like a star, always shining on me
to a fool like me, saying ‘thank you and i love you’ – my tears fall
from now on, i’ll become your sky so you can shine more brightly

“Tuan muda, bangun tuan muda.”

Yunho menggeliat ke kanan dan kiri, sampai akhirnya ia membuka kedua mata musang nya saat merasa seseorang mengusik tidur nya. Sinar matahari terasa menusuk matanya dari mulut jendela, menyebabkan ia harus sedikit menyipitkan kedua matanya.

“sudah pagi, tuan muda harus bersiap- siap untuk sekolah.” Ucap salah seorang maid kediaman Jung. Yunho mengangguk dan mempersilahkan maid itu pergi. Yunho bangkit dari tidur nya dan segera meleset ke kamar mandi.

****

Yunho keluar dari mobil sport nya dan langsung di sambut oleh perempuan- perempuan genit yang berteriak- teriak memanggil namanya. Yunho menghela nafas berat. Bosan. Sungguh ia bosan dengan hidupnya. Semuanya seakan diatur, hari demi hari sama sekali tidak ada perubahan.

Yunho berjalan menuju koridor dengan tetap di perhatikan ‘ganas’ oleh para perempuan maupun lelaki manis. Yunho berdiri tepat di depan loker nya. Ia merengut bingung, entah berasal dari mana, ia mencium wangi yang sangat menyenangkan, dan tenang. Ia menoleh ke samping nya, dan ternyata wangi itu berasal dari seorang pemuda. Pemuda yang tampan dan juga cantik. Rambutnya almond nya halus, kulitnya putih bersih bak salju, kedua bola matanya besar dengan bibir merah yang terlihat menggoda. Seakan terbius, Yunho sama sekali tidak bisa mengalihkan matanya dari sosok lelaki itu.

will you love me forever?
walking alone along this road,
i can’t see anything
i wouldn’t be able to live without you
to me, you are my only source of light
mine…

****

Entah sejak kapan Yunho mulai memiliki rasa dengan pemuda bernama Kim Jaejoong. Hari- hari Yunho berubah, tak ada lagi perasaan bosan datang. Setiap hari ia selalu menyelipkan surat bertulisan rasa cinta nya pada Jaejoong, sebagai penggemar rahasia.

“dia lagi…” ucap Jaejoong sambil tersenyum saat membaca surat dari Yunho. Yunho berteriak senang dalam hati. Yunho tidak tau bahwa Jaejoong selalu menunggu surat darinya, dan itu membuatnya sangat senang.

“Hyung.. ada apa?”

“Hyaaaa!!”

Yunho menutup kedua telinga nya saat mendengar pekikan keras dari mulut Jaejoong.

““Ya, hyung! Tidak bisakah kau menutup loker mu dengan cara biasa?”

“memang siapa suruh kau mengagetkan ku, Changmin?” decak Jaejoong kesal dan segera berlalu meninggalkan Changmin, begitu juga dengan Yunho yang pergi menuju kelas dengan tetap mengulum sebuah senyuman.

here i am, where there’s only you
i was a boy too shy and scared; i couldn’t even say i love you
i didn’t even know if you cried or laughed
i only knew how to make you wait,
i hated myself for the tears you shed because of me
i will not make you sad anymore

“Ya! Kim Jaejoong, bangun!”

“Gyaaa!! Seongsangnim!”

Gelak tawa begitu terdengar di penjuru kelas saat melihat ‘pangeran’ sekolah itu benar- benar tidak berlaku sebagai pangeran. Yunho tersenyum, ia mencoba menyembunyikan tawa nya, tentu akan terlihat aneh. Yunho, seorang pewaris tunggal keluarga terkemuka Jung Crop tertawa terbahak- bahak. Sampai Yunho tidak menyadari, bahwa pemuda yang ia cintai memperhatikannya sambil tersenyum.

****

Bel telah berbunyi, membuat seluruh penjuru sekolah riuh untuk segera pulang. Yunho segera membereskan buku- bukunya dan dengan cepat berlalu pulang. Yunho harus segera pulang untuk mengikuti pesta keluarga Jung. Sebenarnya Yunho tidak tertarik dengan pesta itu, namun ia tidak punya pilihan lain. Yunho berlari keluar kelas begitu cepat, sampai ia tidak menyadari, bahwa buku ‘rahasia’ nya jatuh dan berada digenggaman Kim Jaejoong.

will you love me forever?
walking alone along this road,
i can’t see anything
i wouldn’t be able to live without you
to me, you are my only source of light
mine…

“eh? Tidak ada??”

Yunho membongkar tas selempangnya saat selesai menghadiri pesta keluarga Jung. Ia panik, sungguh panik. Itu adalah buku ‘rahasia’ nya yang sangat berharga dan tidak boleh dilihat orang lain.

“apa ketinggalan? Aah otthoke?”

Yunho menjambak rambutnya frustasi. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia pasrah. Yunho menggeleng. Mungkin terselip, pikirnya optimis.

Yunho mulai mengambil pena dan kertas, dan menulis bait- bait indah yang akan ia berikan besok untuk Kim Jaejoong, lelaki cantik nya.

****

where the sky and light meet each other,
i will send out this letter to you

seperti biasa, Yunho datang lebih pagi dari biasanya. Namun kali ini lebih pagi lagi, ia ingin mencari buku hidupnya yang tentu sampai mati tak kan ia tunjukkan pada siapa pun, mungkin. Yunho mulai mencari dari bawah kolong  meja sampai atas. Semua ia cari. Namun naas, ia tidak menemukannya. Ia mendesah pelan.

Yunho mendudukkan tubuhnya di atas kursi, ia merasa lelah. Semilir angin membelai- belai pipinya. Yunho memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang sejuk, sampai Yunho benar- benar ingin tidur saat ini.

will you stay with me?
in this cold darkness,
we’ll rely on each other’s warmth, like that of the warm sun
all of these will become a song in the sky, it will never be forgotten
even as i close my eyes and relive the memories, i will not feel weary
the love you’ve given me, protecting me all these while,
thank you so much
from now on, i’ll become your sky

Yunho membuka matanya cepat. Ia lupa harus melakukan kegiatan rutinnya -memasukkan surat nya ke dalam loker Kim Jaejoong. Yunho berlari menuju loker, sampai ia berada tepat di depan loker Jaejoong. Yunho mendesah lega saat melihat keadaan sekolah yang masih sepi. Yunho mulai menyelipkan suratnya, sampai sebuah suara merdu yang sangat ia kenal mengagetkannya.

“Jung Yunho? Apa yang kau lakukan?”

Deg!

Yunho menoleh kearah sumber suara berasal. Ia membulatkan matanya dengan sempurna. Tangannya gemetar, ia begitu panik dan kaget. Yang benar saja, Kim Jaejoong berada disana, menatap nya dengan tatapan yang sulit dimengerti.

Tanpa persetujuannya, Jaejoong menarik tangan Yunho meninggalkan gedung sekolah. Yunho pasrah, entah Jaejoong ingin membawanya kemana.

having listened to the boy’s song,
the star shines even brighter

“Yunho.. apakah ini punya mu?”’

Deg!

Sekali lagi, jantung Yunho seakan ingin keluar dari tempat asalnya. Bagaimana mungkin Jaejoong membawa buku rahasianya. Dan juga bagaimana mungkin Jaejoong tau bahwa ia yang memberikan surat- surat kepadanya setiap hari.

all the hearts out there
(now…)
i hope my song can reach you
to feel and love the same thing
(to make your heart beat/to touch your heart)

Yunho tersudut. Ia berfikir keras, entah apa yang harus ia lakukan sekarang. Jaejoong menatapnya dengan tajam, ia sama sekali tidak berani melawan tatapan mata indah itu. Yunho menyentuh dadanya, Ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan segalanya, mengungkapkan segala rahasianya.

“Ya, itu memang punya ku.” Jawab Yunho mencoba bersikap tenang, walaupun hatinya benar- benar panik saat ini. Jaejoong membelakkan matanya. Kedua pipinya yang semula putih berubah warna menjadi merah. Wajah Yunho ikut memerah, entah kenapa.

“w-wae?”

Yunho memicingkan matanya tidak percaya. Kim Jaejoong, lelaki yang ia cintai gugup. Apa itu artinya Jaejoong juga menyukainya?

Because I love you, nae BooJae.”

Yunho menghela nafas lega. Entah kenapa, Yunho begitu lega mengucapkan kata-kata itu. Kata-kata yang selalu susah untuk dikeluarkan dari bibir berbentuk hatinya itu.

“kau- kau tidak bohong?”

Yunho menggeleng pasti. Ia berdoa dalam hati semoga Jaejoong menerima pernyataan cinta nya. Mata Yunho tiba- tiba terhanyut oleh bibir merah marun Jaejoong yang terbuka, sampai dengan keberanian yang besar, Yunho menyatukan bibirnya dengan bibir Jaejoong.

“baguslah.”

Yunho memicingkan matanya. Ia sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran Jaejoong. Jaejoong menarik kerah Yunho, kemudian mengecup bibir hati Yunho cepat.

“karena aku… juga sudah menyukai mu sedari dulu.”

Jaejoong tersenyum malu- malu. Dalam hati Yunho meloncat senang. Dengan sepihak, ia memeluk tubuh Jaejoong yang sedikit lebih kecil dari nya.

“Saranghae, jeongmal saranghae, BooJaejoongie.”

“nado Saranghae, Yunho- ah I mean Yunie bear.”

will you love me forever?
walking alone along this road,
we’ll rely on each other’s warmth, like that of the warm sun
all of these will become a song in the sky, it will never be forgotten
even as i close my eyes and relive the memories, i will not feel weary
the love you’ve given me, protecting me all these while,
thank you so much
from now on, i’ll become your sky

(_Translation: The Boy’s Letter by JYJ_)

———————— END ———————–

pendek? muehehe memang xD

mind to comment? 😀

{FF / YunJae / PG / 8 Days with 26 Hours / Chapter 2}

Standard

Chapter 2!!!! Hope you like it! 😀

======================================================================================

Author: Ciffon Cake

Title: : 8 Days With 26 Hours

Chapter: 2/??

Cast: 5 Members of TVXQ, Some member of SuJu n others

Genre : Drama, Fantasy

Rating: PG 13/Yaoi

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

(Jaejoong’s POV)

Ternyata dia. Padahal, yang kuharapkan saat ini bukanlah dia.

“Annyeonghaseyo. Jung Yunho imnida. Aku adalah utusan dari rumah sakit untuk merawat dan mengurung Jaejoong-sshi selama kurang lebih seminggu kedepan.”

Dia berjalan menuju ke arahku.  Tidak kusangka dia akan datang dengan cara seperti ini.

“Jaejoong-sshi, senang bisa bertemu dengan anda.” Ucapnya sambil menundukkan kepalanya.  ‘Mohon kerjasamanya.”

Hah? Mohon kerjasamanya? Apa maksudnya? Kau kira kita adalah rekan kerja?

“Oh, iya. Jaejoong-sshi, ada beberapa hal yang harus saya bicarakan dengan anda.” Dia mengambil alih kursi rodaku. Ia tersenyum pada Junsu dan mendorongku ke sudut ruangan.

“Ternyata namamu Yunho?” Nama itu sepertinya sudah akrab terdengar di telingaku.
“Setelah sekian lama kau baru memperkenalkan dirimu di depanku. Sungguh mengejutkan.”

“Hei, sudah kukatakan berapa kali? Malaikat pelindung tidak memiliki nama, melainkan hanya kode yang hanyadiketahui oleh kalangan kami saja.”

Aku memandang ke luar jendela. Semuanya ditutupi salju, Putih bersih, seperti tidak memiliki noda. Begitu indah danmenawan. Aku sangat menyukai pemandangan di musim dingin sepereti ini.  Sayangnya, aku mungkin tak akan bisa menikmati pemandangan seperti ini lagi.

‘Hei! Apa kau mendengarkanku ?!” ucapnya dengan nada marah. Sifatnya yang tempramen memang tidak pernah berubah. Aku sendiri heran, mengapa dia bisa menjadi seorang malaikat pelindung.

“Tentu saja aku tahu apa yang baru saja kau katakana. Tenang saja. Apa kau lupa? Telingaku ini memiliki pendengaran yang sangat tajam. Bukankah seharusnya kau sudah tau tentang hal itu sejak awal/” ucapku sambil menoleh ke arahnya.

“Hmm.., sebenarnya aku hanya sedang berpikir. Sepertinya hari ini banyak kejadian aneh yang terjadi.”

“Apa?”

“Tadi pagi, saat aku masih berada di rumah sakit, ada cahayya yang masuk ke jendela kamarku. Padahal kan sekarang musim dingin. Lalu, aku melihat seorang malaikat bodoh sepertimu memakai pakaian semiformal dan berbicara dengan begitu sopan. Hahaha.”

Aku menatap wajahnya yang merah padam karena malu. Sudah lama aku tidak melihat wajahnya yang seperti itu. Begitu manis untuk seorang namja seperti dia.

“Hei, dengarkan aku baik-baik. Di rumah sakit, aku sudah berusaha secepat mungkin menjadi wujudku yang sekarang ini. Lalu, waktu aku melihat ke ruanganmu, ternyata kau sudah tidak ada. Aku bergegas ke loby dan melihat mobilmu sudah berlalu. Aku berlari pontang-panting dari rumah sakit sampai ke rumah sial ini. Saat aku tiba di depan gerbang, aku harus berusaha menerobos para wartawan dan petugas keamanan bodohmu itu. Dan sesampainya di sini, kau malah menertawaiku?”

Mendengar ceritanya itu, aku tak bisa menahan tawa. Aku benar-benar tidak bisa mempercayai kalau dia melakukan semua itu.

“Kau berlari dari rumah sakit sampai ke sini? Hebat,hebat. Hahaha.” Tawaku semakin menjadi-jadi ketika aku melihat wajahnya yang tambah memerah.

“Iya. Ada masalah? Oh,iya. Asal kau tau saja,ya. Cahaya yang tadi pagi itu adalah aku. Jadio tolong jangan mengatakan kalau aku ini aneh.”

“Mian, Yunho-sshi. Haha. Sekarang aku harus memanggilmu seperti itu, kan?’

“Terserah padamu. Oh,ya. Mana Daftar yang kau janjikan?’

“Oh, daftar itu?” Aku hamper melupakan daftar itu. Aku mengeluarkan secarik kertas dari  saku kemejaku dan menyerahkannya pada Yunho.

Yunho memandangi kertas yang sudah terlipat menjadi empat bagian itu. Dia membuka lipatan demi lipatan dan membaca dengan seksama. Sepertinya dia kesulitan membaca tulisanku.

“Mian, apa kau sulit membacanya. Maaf,ya. Tulisanku memang jadi agak berantakan karena sulit menulis jika tidak di atas meja.” Ujarku.

“Oh, tidak. Tulisanmu sangat terlihat jelas. Hanya saja kau terlalu mendramatisir tulisanmu ini. Sungguh menyedihkan.” Ucapnya dengan ketus. “Lalu, kapan kau mau mulai?”

“Secepatnya,” aku tersenyum kecil. “Aku ingin bisa membahagiakan mereka semua.”

Tiba-tiba, sebuah tangan yang lembut mengelus bahuku.  Aku tahu siapa pemilik tangan lembut dengan jari-jari yang lentik ini, Aku menoleh ke belakang dengan hati yang penuh gumpalan kebahagian.

“Tiffany?” senyum lebar menyeruak dari wajahku. Rasanya aku ingin melompat dan langsung memeluknya erat.

“Nuguya?”

“eh?”

“Chaigiya, siapa dia?” tanyanya penasaran.

“Oh, namanya Jung Yunho. Yunho-sshi adalah perwatku. Rumah sakit mengutusnya untuk merawatku selama kuranglebih seminggu ini. “

Tiffany terus menatap wajh Yunho. Matanya seakan tidak mau memalingkan pandangannya dari Yunho.

“Ada apa? Apa ada sesuatu yang salah dari namja ini?” tanyaku. Apa jangan-jangan Tiffany mengenalnya? Itulah yang sedang terpikir di benakku.

“Ahh, tidak. Tidak aoa-apa. Aku hanya sedang berusaha mengingat-ingat wajahnya agar tidak keliru jika aku bertemu dengannya lagi.” Dia menatapku dan menunjukkan senyum manisnya.

“Kau sudah makan? Lebih baik kita makan. Aku dengar para pelayan sudah menyiapkan makanan-makanan kesukaanmu.”  Ajak Tiffany. “Yunho-sshi, sebaiknya kau juga makan bersama kami. Anggaplah rumah ini layaknya rumahmu sendiri.”

Tiffany memang sangat baik dan selalu perhatian terhadap setiap orang yang dijumpainya. Dia juga tidak pernah mau melukai perasaan orang lain. Itulah salah satu hal yang membuatku tak bisa menghapusnya dari benakku.

“Ah.. tidak, terima kasih. Saya sedang tidak lapar. Saya ingin mencoba melihat-lihat keluar jendela. Sepertinya pemandangan di luar sangat mengagumkan.”

“Kalau begitu, setidaknya anda ikut menikmati perayaan hari ini.  Tidak usah malu-malu.” Ajak Tiffany.

“Oh, baiklah jika anda memaksa. Saya akan menyusul .”

~ o ~

(Author’s POV)

December 19th 2015

2.00 p.m.

Acara hari itu berlangsung cukup meriah namaun tertutup. Wajah resah dan khawatir tampak hanya dimiliki oleh Jaejoong saat itu. Meskipun pesta itu merupakan pesta penyambutan bagi dirinya, Meskipun yang ia tunggu telah datang, matanya tak dapat membohongi si perawat.

“Maaf, sepertinya Jaejoong-sshi perlu istirahat. Sepertinya Jaejoong-sshi perlu sedikit istirahat.” Yunho menatap ke arah Tiffany. ‘Tolong izinkan saya untuk mengantarkan Jaejoong-sshi ke kamarnya.”

“O,oh.. apakah kau benar-benar tidak enak badan, chaigiyah?” Tanya Tiffany menunjukkan wajah khawatir.

“Ya, sedikit. Aku ingin istirahat sebentar..”

“oh, baiklah kalau begitu. Aku akan ikut mengantarmu ke kamar Jaejoong.”

“Ahh, Noo-Noona.. biar aku saja yang mengantarkan mereka.” Ucap Junsu masuk ke dalam pembicaraan mereka dengan wajah agak berkeringat.

“Ada apa Jun-chan?” Tanya Tiffany dengan wajah yang semakinpenasaran.

“Aaaahh.., tidak ada apa-apa. Lagipula Noona pasti sangat lelah karena baru kembali dari Jepang. Iya, kan?” Junsu mencoba merubah raut wajahnya menjadi sedikit lebih tenang.

“Biar aku saja yang mengantar Jaejoong-hyung dan Yunho-sshi ke kamar.”

Tiffany hanya bisa terdiam dan mengikuti kata-kata Junsu. Tiffany memandangi Junsu, Jaejoong dan Yunho yang menuju ke sebuah lorong yang cukup gelap dan terletak di

Belakang tangga utama.

Ketika sampai di ujung lorong, Junsu menoleh ke kanan dank e kiri untuk memastikan bahwa tidak ada orang selain mereka bertiga. Dia menekan sebuah tombol yang terlihat seperti saklar lampu. Namun, sungguh mengejutkan. Dinding di hadapan mereka terbelah menjadi dua bagian dan terdapat sebuah ruangan yang sangat luas. Bernuansa hitam dan putih. Terdapat berbagai alat musik yang sepertinya bermerek kelas dunia yang sangat mahal.

Junsu mendorong Jaejoong memasuki ruangan itu. Yunho diam membisu dan hanya mengikuti dari belakang. Junsu mengarahkan Jaejoong ke depan sebuah pintu. Junsu pun menoleh kea rah Yunho.

“Yunho-sshi, bisakah kau menutup matamu sebentar.” Tanya Junsu sopan.

“Oh, baik.” Yunho memejamkan  matanya sejenak.

Setelah beberapa saat, ternyata yang ada di dalam pintu itu adalah sebuah lift. Mereka bertiga memasuki lift itu dan menuju ke lantai atas rumah megah yang bagaikan istana itu. Tanpa wajah penuh kekaguman, Yunho memandang kamar besar itu.

“Yunho-sshi, ini adalh kamar Jaejoong-hyung. Kuharap kau bisa terbiasa dengan kamar ini. Setidaknya sampai satu minggu kedepan.” Junsu menjelaskan dengan tersenyum. “Silahkan anggap rumah ini sebagai rumahmu sendiri”

“Oh. Nde, Junsu-sshi.Itu tidak masalah bagi saya.” Jawab Yunho. Tentu saja itu hal yang mudah baginya karena sudah 12 tahun ia berada di sisi Jaejoong untuk menjadi malaikat pelindungnya.

Jaejoong memperhatikan mp3 yang ada di tempat tidurnya.

“Junsu, kamar ini belum pernah dibereskan sejak aku masuk rumah sait, ya?”

“Be-belum, hyung. Aku meminta bibi agar tidak membersihkannya. Kau kan tidak suka ada orang lain selain dirimi yang membersihkan kamarmu.”

“Oh, begitu. Terimakasih, ya.” Jaejoong memutar roda yang ada di kursinya dan berusaha meraih mp3 yang ada di tempat tidurnya itu.

“MP3   pemberian dari Umma itu masih kau simpan sampai sekarang. Kira-kira berapa, ya umurnya? Ini diberikan sebagai hadiah natal 12 tahun yang lalu. Saat itu kakak sudah sangat menyukai musik. ”

“Iya.., aku jadi rindu padanya.” Ucap Jaejoong sambil memandangi MP3 itu.  “Ini juga belum dimatikan sejak aku dibawa ke rumah sakit. Baterai nya pun belum habis karena tidak dipakai sama sekali.”

“Lagu terakhir yang kau dengarkan  ‘HUG’ ya, hyung?” ucap Junsu sambil mengintip kea rah benda yang sedang dipandangi Jaejoong.

“Rasanya sudah lama sekali aku tidak bernyanyi bersamamu.”

“Mau nyanyi bersama?” Tanya Junsu antusias.

‘Hm” Jaejoong mengangguk. “Tentu saja.”

“Tunggu sebentar, biar aku ambilkan gitar. “ ucap Junsu dengan perasaan bahagia yang meluap-luap.

“Junssu-sshi, biar aku saja.” Ucap Yunho yang tampaknya sedang agak bosan/

“Oh, kalau begitu tolong ambilkan gitar berwarna putih di ruangan yang tadi kita lewati. Letaknya agak tersembunyikarena disembunyikan di sebuah peti yang ada di belakang drum berwarna merah. “ Jelas Junsu.

“Ah, baik. Saya mengerti.” Yunho mengangguk dan berbalik menuju pintu lift itu. Tak memakan waktu sampai 5 menit, Yunho sudah kembali dengan membawa benda yang diminta oleh Junsu.

“Gomawo, Yunho-sshi. Ternyata daya ingatmu sangat baik, berbeda denganku.”Ujar Junsu dengan nada memuji. “Oh, iya. Aku baru ingat. Bukankah seharusnya tadi kau menekan tombol kata sandi di depan lift? Apa kau mengintip tadi?” Yunho dan Jaejoong tertegun. Keningnya sedikit mengeluarkan keringat.

“O-oh, itu. Tentu saja tidak. Tidak mungkin saya berani mengintip. Sepertinya system penggunaan kata sandinya sedang tak berfungsi.

“I-iya. Bukankah tadi kau menonaktifkan system penggunaan kata sandi? Kau sudah lupa, ya?” Jaejoong berusaha menghalau rasa curiga Junsu.

“Oh, iya. Aku lupa.” Junsu tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya. “Mianhamnida, Yunho-sshi. Aku sudah bersikap curiga padamu.”

“Ah, gwaenchanna. Oh, iya. Ini gitarnya. Silahkan dimainkan.” Ucap Yunhodengan napas yang mulai menenang.

“Ahh..Kamsahamnida..”

-O-

1st Day : With Kim Junsu

 

“i wonder how a day without me passes by for you
im so curious to how much you really love me
i want to be your diary in your little drawer
i want to put all your secrets in my heart, without you knowing “

 

Hug – by  TVXQ (Jaejoong and Junsu part)

— O –

 Sang kakak bernyanyi sambil duduk di kursi rodanya, sementara sang adik yang duduk di ranjang bermain gitar sambil bernyanyi. Suara petikan senar gitar yang indah, dan merdunya nyanyian kedua namja itu menggema ke sampai ke sudut-sudut kamar yang sangat luas itu. Lagu yang dilantunkan begitu indah d dengar. Sang perawat mendengarkan sambil menyandarkan punggungnya di dinding dan menghentakkan kakinya mengikuti tempo lagu  sambil diam-diam ikut bernyanyi di dalam hatinya.

“Rasanya luar biasa.” Sang Kakak berhenti bernyanyi dan tersenyum tipis. “Bisa bernyanyi bersama denganmu lagi seperti ini, sungguh luar biasa. Sangat menyenangkan bisa kembali ke rumah ini dan disambut oleh orang-orang yang aku cintai.”

“Ah, hyung bisa saja.”

“Dulu.., waktu aku masih sehat. Waktu aku masih bisa bergerak dengan normal. Waktu aku belum harus memakai kursi roda ini, hidupku terasa begitu mudah dan menyenangkan.” Junsu dan Yunho terdiam membisu mendengarkan ucapan Jaejoong. “Memang pada awalnya, aku merasafrustasi karena tahu bahwa ku mengidap penyakit yang langka dan sulit disembuhkan. Tapi sekarang..,  aku merasa lebih baik. Melihatmu begitu bahagia ketika sedang bernyanyi membuatku bahagia juga.”

Hyung tak perlu khawatir, kita akan selalu bersama sebagai keluarga. Keluarga yang saling menyayangi satu sama lain.”

“Gomawo.., Junsu.” Jaejoong merasa sangat terhibur dengan perkataan dongsaeng nya itu dan menundukkan kepalanya sambil sedikit merenung.

“Hyung..” Suara Junsu yang serak nan lembut itu membuat kepala Jaejoong terangkat. “Jangan sedih lagi. Jangan menunjukkan wajah sendu itu lagi. Jangan membuatku merasa kau akan meninggalkanku sebentar lagi.” Perkataan Junsu itu membuat Jaejoong tertegun membisu.

“Ee, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya merasa rindu pada suasana seperti ini.” Jaejoong memaksakan senyumnya untuk menyeruak dari wajahnya yang putih bersih itu. “Sebenarnya bukan seperti itu..” bisik Jaejoong dalam hatinya.

‘Ehmm.., apakah orang-orang sudah pergi? Sudah sore. Seharusnya mereka sudah pulang, kan?” Jaejoong m,egalihkan topic pembicaraan.

“Mmm.Seharusnya sih begitu.” Jawab Junsu dengan wajah sedikit ragu. Sesaat setelah Junsu memberikan jawabannya yang kurang meyakinkan itu, terdengar suara ketukan pintu dari pintu utama kamar itu. Wajah ketiga namja yang ada dikamar itu mendadak panik.

“Chaigiyah.., ini aku. Boleh aku masuk?” suara Tiffany menyusup masuk ke pintu kamar itu. Ketiga namja itu saling menatap satu sama lain. Jaejoong melotot kea rah Yunho. Yunho balas menatap dengan wajah yang dipenuhi emosi, seakan ingin memarahi Jaejoong karena merasa terus disuruh-suruh.

“Maaf, Yunho-sshi. Mungkin ini agak menyulitkanmu, tapi bisakah kau menutup pintu yang tadi kita lalui dan menutupinya dengan menggunakan lebara kayu itu? Kalau tidak mau biar aku yang melakukannya.” Ucap Junsu dengan sedikit berbisik.Yunho terpaksa menuruti perkataan Junsu itu.

“Ahh, tentu tidak apa-apa. Akan saya lakukan.” Dengan berat hati Yunho melakukan apa yang diminta oleh Junsu. Ia menutup pintu itu dan memutar kunci yang sudah tertanggal di lubang kunci pintu itu. Ua membalikkan badannya dan melihat ke arah lemari yang berada di sebelah kiri pintu itu. Lemari kayu yang sangat besar dan pastinya sangat berat untuk didorong.

Namun, demi menjaga identitasnya, ia harus melakukan semua itu. Ia mendorong lemari itu dengan menggunakan segenap kekuatan yang ada di tubuhnya. Tapi, belum sempat ia menutupi pintu itu dengan sempurnya, terdengar suara pintu terbuka.

“Chaigiya…, kau ada di dalam?” Terdengar suara Tiffany yang perlahan membuka pintu kamar itu,

(To Be Continued)
—————————————————————————————————————-

Mau komen? Mau komen? Silahkan! Maaf Kalo ada banyak kata yang diulang. Lagi bener-bener males ngedit.

FF/ YunJae/ The Boy’s Letter/ Oneshot

Standard

my last ff di bulan ini, mungkin ^^

karna mau ujian, jd ya gt deh (?)

ini ada kaitannya ama ff ku yg SECRET!

so, douzo

😀

—————————————————

Tittle: The Boy’s Letter
Author: Naomi a.k.a Pudding~
Rating: PG-15
Genre: romance, short fic
Lenght: oneshot
Cast: Jung Yunho, Kim Jaejoong and the other

———————————————————–

there’s a boy who only knows me
like a star, always shining on me
to a fool like me, saying ‘thank you and i love you’ – my tears fall
from now on, i’ll become your sky so you can shine more brightly

“Tuan muda, bangun tuan muda.”

Yunho menggeliat ke kanan dan kiri, sampai akhirnya ia membuka kedua mata musang nya saat merasa seseorang mengusik tidur nya. Sinar matahari terasa menusuk matanya dari mulut jendela, menyebabkan ia harus sedikit menyipitkan kedua matanya.

“sudah pagi, tuan muda harus bersiap- siap untuk sekolah.” Ucap salah seorang maid kediaman Jung. Yunho mengangguk dan mempersilahkan maid itu pergi. Yunho bangkit dari tidur nya dan segera meleset ke kamar mandi.

****

Yunho keluar dari mobil sport nya dan langsung di sambut oleh perempuan- perempuan genit yang berteriak- teriak memanggil namanya. Yunho menghela nafas berat. Bosan. Sungguh ia bosan dengan hidupnya. Semuanya seakan diatur, hari demi hari sama sekali tidak ada perubahan.

Yunho berjalan menuju koridor dengan tetap di perhatikan ‘ganas’ oleh para perempuan maupun lelaki manis. Yunho berdiri tepat di depan loker nya. Ia merengut bingung, entah berasal dari mana, ia mencium wangi yang sangat menyenangkan, dan tenang. Ia menoleh ke samping nya, dan ternyata wangi itu berasal dari seorang pemuda. Pemuda yang tampan dan juga cantik. Rambutnya almond nya halus, kulitnya putih bersih bak salju, kedua bola matanya besar dengan bibir merah yang terlihat menggoda. Seakan terbius, Yunho sama sekali tidak bisa mengalihkan matanya dari sosok lelaki itu.

will you love me forever?
walking alone along this road,
i can’t see anything
i wouldn’t be able to live without you
to me, you are my only source of light
mine…

****

Entah sejak kapan Yunho mulai memiliki rasa dengan pemuda bernama Kim Jaejoong. Hari- hari Yunho berubah, tak ada lagi perasaan bosan datang. Setiap hari ia selalu menyelipkan surat bertulisan rasa cinta nya pada Jaejoong, sebagai penggemar rahasia.

“dia lagi…” ucap Jaejoong sambil tersenyum saat membaca surat dari Yunho. Yunho berteriak senang dalam hati. Yunho tidak tau bahwa Jaejoong selalu menunggu surat darinya, dan itu membuatnya sangat senang.

“Hyung.. ada apa?”

“Hyaaaa!!”

Yunho menutup kedua telinga nya saat mendengar pekikan keras dari mulut Jaejoong.

““Ya, hyung! Tidak bisakah kau menutup loker mu dengan cara biasa?”

“memang siapa suruh kau mengagetkan ku, Changmin?” decak Jaejoong kesal dan segera berlalu meninggalkan Changmin, begitu juga dengan Yunho yang pergi menuju kelas dengan tetap mengulum sebuah senyuman.

here i am, where there’s only you
i was a boy too shy and scared; i couldn’t even say i love you
i didn’t even know if you cried or laughed
i only knew how to make you wait,
i hated myself for the tears you shed because of me
i will not make you sad anymore

“Ya! Kim Jaejoong, bangun!”

“Gyaaa!! Seongsangnim!”

Gelak tawa begitu terdengar di penjuru kelas saat melihat ‘pangeran’ sekolah itu benar- benar tidak berlaku sebagai pangeran. Yunho tersenyum, ia mencoba menyembunyikan tawa nya, tentu akan terlihat aneh. Yunho, seorang pewaris tunggal keluarga terkemuka Jung Crop tertawa terbahak- bahak. Sampai Yunho tidak menyadari, bahwa pemuda yang ia cintai memperhatikannya sambil tersenyum.

****

Bel telah berbunyi, membuat seluruh penjuru sekolah riuh untuk segera pulang. Yunho segera membereskan buku- bukunya dan dengan cepat berlalu pulang. Yunho harus segera pulang untuk mengikuti pesta keluarga Jung. Sebenarnya Yunho tidak tertarik dengan pesta itu, namun ia tidak punya pilihan lain. Yunho berlari keluar kelas begitu cepat, sampai ia tidak menyadari, bahwa buku ‘rahasia’ nya jatuh dan berada digenggaman Kim Jaejoong.

will you love me forever?
walking alone along this road,
i can’t see anything
i wouldn’t be able to live without you
to me, you are my only source of light
mine…

“eh? Tidak ada??”

Yunho membongkar tas selempangnya saat selesai menghadiri pesta keluarga Jung. Ia panik, sungguh panik. Itu adalah buku ‘rahasia’ nya yang sangat berharga dan tidak boleh dilihat orang lain.

“apa ketinggalan? Aah otthoke?”

Yunho menjambak rambutnya frustasi. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia pasrah. Yunho menggeleng. Mungkin terselip, pikirnya optimis.

Yunho mulai mengambil pena dan kertas, dan menulis bait- bait indah yang akan ia berikan besok untuk Kim Jaejoong, lelaki cantik nya.

****

where the sky and light meet each other,
i will send out this letter to you

seperti biasa, Yunho datang lebih pagi dari biasanya. Namun kali ini lebih pagi lagi, ia ingin mencari buku hidupnya yang tentu sampai mati tak kan ia tunjukkan pada siapa pun, mungkin. Yunho mulai mencari dari bawah kolong  meja sampai atas. Semua ia cari. Namun naas, ia tidak menemukannya. Ia mendesah pelan.

Yunho mendudukkan tubuhnya di atas kursi, ia merasa lelah. Semilir angin membelai- belai pipinya. Yunho memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang sejuk, sampai Yunho benar- benar ingin tidur saat ini.

will you stay with me?
in this cold darkness,
we’ll rely on each other’s warmth, like that of the warm sun
all of these will become a song in the sky, it will never be forgotten
even as i close my eyes and relive the memories, i will not feel weary
the love you’ve given me, protecting me all these while,
thank you so much
from now on, i’ll become your sky

Yunho membuka matanya cepat. Ia lupa harus melakukan kegiatan rutinnya -memasukkan surat nya ke dalam loker Kim Jaejoong. Yunho berlari menuju loker, sampai ia berada tepat di depan loker Jaejoong. Yunho mendesah lega saat melihat keadaan sekolah yang masih sepi. Yunho mulai menyelipkan suratnya, sampai sebuah suara merdu yang sangat ia kenal mengagetkannya.

“Jung Yunho? Apa yang kau lakukan?”

Deg!

Yunho menoleh kearah sumber suara berasal. Ia membulatkan matanya dengan sempurna. Tangannya gemetar, ia begitu panik dan kaget. Yang benar saja, Kim Jaejoong berada disana, menatap nya dengan tatapan yang sulit dimengerti.

Tanpa persetujuannya, Jaejoong menarik tangan Yunho meninggalkan gedung sekolah. Yunho pasrah, entah Jaejoong ingin membawanya kemana.

having listened to the boy’s song,
the star shines even brighter

“Yunho.. apakah ini punya mu?”’

Deg!

Sekali lagi, jantung Yunho seakan ingin keluar dari tempat asalnya. Bagaimana mungkin Jaejoong membawa buku rahasianya. Dan juga bagaimana mungkin Jaejoong tau bahwa ia yang memberikan surat- surat kepadanya setiap hari.

all the hearts out there
(now…)
i hope my song can reach you
to feel and love the same thing
(to make your heart beat/to touch your heart)

Yunho tersudut. Ia berfikir keras, entah apa yang harus ia lakukan sekarang. Jaejoong menatapnya dengan tajam, ia sama sekali tidak berani melawan tatapan mata indah itu. Yunho menyentuh dadanya, Ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan segalanya, mengungkapkan segala rahasianya.

“Ya, itu memang punya ku.” Jawab Yunho mencoba bersikap tenang, walaupun hatinya benar- benar panik saat ini. Jaejoong membelakkan matanya. Kedua pipinya yang semula putih berubah warna menjadi merah. Wajah Yunho ikut memerah, entah kenapa.

“w-wae?”

Yunho memicingkan matanya tidak percaya. Kim Jaejoong, lelaki yang ia cintai gugup. Apa itu artinya Jaejoong juga menyukainya?

Because I love you, nae BooJae.”

Yunho menghela nafas lega. Entah kenapa, Yunho begitu lega mengucapkan kata-kata itu. Kata-kata yang selalu susah untuk dikeluarkan dari bibir berbentuk hatinya itu.

“kau- kau tidak bohong?”

Yunho menggeleng pasti. Ia berdoa dalam hati semoga Jaejoong menerima pernyataan cinta nya. Mata Yunho tiba- tiba terhanyut oleh bibir merah marun Jaejoong yang terbuka, sampai dengan keberanian yang besar, Yunho menyatukan bibirnya dengan bibir Jaejoong.

“baguslah.”

Yunho memicingkan matanya. Ia sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran Jaejoong. Jaejoong menarik kerah Yunho, kemudian mengecup bibir hati Yunho cepat.

“karena aku… juga sudah menyukai mu sedari dulu.”

Jaejoong tersenyum malu- malu. Dalam hati Yunho meloncat senang. Dengan sepihak, ia memeluk tubuh Jaejoong yang sedikit lebih kecil dari nya.

“Saranghae, jeongmal saranghae, BooJaejoongie.”

“nado Saranghae, Yunho- ah I mean Yunie bear.”

 

will you love me forever?
walking alone along this road,
we’ll rely on each other’s warmth, like that of the warm sun
all of these will become a song in the sky, it will never be forgotten
even as i close my eyes and relive the memories, i will not feel weary
the love you’ve given me, protecting me all these while,
thank you so much
from now on, i’ll become your sky

(_Translation: The Boy’s Letter by JYJ_)

———————— END ———————–

 

pendek? muehehe memang xD

mind to comment? 😀

FF/ YunJae/ SECRET!/ PG-15/ OneShot

Standard

annyeong~

saya kembali dengan ff baru ^ ^

ini ff terinspirasi dari lagu IU yg ‘Secret!
menurutku itu lagu bagus bgt xD

karna penasaraan jadi nyari artinya, terus dapet ide ff ^ ^

so, douzo 😀

*********************************

Tittle: Secret!
Author: Naomi a.k.a Pudding~
Rating: PG-15
Genre: romance, short fic
Lenght: oneshot
Cast: Jung Yunho, Kim Jaejoong and the other

———————————————

Again today, with my fingertips, I secretly write you a letter while I’m next to you
With the water dripping from the glass cup, I write each part of my heart
You sit across me and look at me with your head hung low
I wanted to hide this from you even more, like a kid who did something wrong

Seorang lelaki tampan menyusuri koridor dengan sedikit tergesa- gesa. Keringat kian keluar dari pelupuk dahi. Lelaki itu tersenyum senang saat sampai di tempat tujuannya. Ia melihat ke kanan dan kiri. Setelah merasa aman, lelaki itu memasukkan sebuah surat putih ke dalam loker seseorang. Seseorang yang sudah merebut hatinya sedari dulu.

****

Jaejoong menguap serta mengucek kedua matanya. Sungguh, rasanya ia masih ingin berbaring di atas ranjang tempat tidur nya. Ia berjalan menuju loker nya dengan malas. Namun perasaan ‘malas’ nya dengan cepat terganti saat melihat sebuah surat putih yang terselip di loker nya. Sebuah senyuman manis tersinggung di bibir merah nya.

“dia lagi..”

Jaejoong membuka surat itu dengan hati- hati. ia perhatikan dengan seksama bait- bait tulisan yang sangat terjejer indah dan rapi itu. Hatinya seakan menghangat. Entah sejak kapan, ia selalu mendapati surat putih yang terlihat sederhana itu. Padahal begitu banyak surat- surat yang ia terima dari laki- laki maupun perempuan. Namun tak dapat dipungkiri, hanya surat itu yang dapat menarik perhatiannya.

“hyung.. ada apa?”

“Hyaaaa!!” pekik Jaejoong kaget. Reflek, ia menutup loker nya dengan cepat, sampai- sampai suara riuh terdengar jelas di dalam koridor.

“Ya, hyung! Tidak bisakah kau menutup loker mu dengan cara biasa?”

“memang siapa suruh kau mengagetkan ku, Changmin?” decak Jaejoong kesal dan segera berlalu meninggalkan Changmin yang menekuk wajahnya.

I have a lot of secrets now
Things that are so hard to say are stacking up
But still, I am dreaming
My heart which has wings is flying across the night sky

****

“Ya! Kim Jaejoong, bangun!”

Jaejoong membuka matanya perlahan, merasa terusik dengan aktivitas tidurnya.

“Gyaaa seongsangnim!”

Teriak Jaejoong kencang, yang mendapat gelak tawa dari seluruh penjuru kelas. Siwon seongsangnim mendesah pasrah. Jaejoong adalah anak yang pintar dan terkenal. Namun sayang, kebiasaan tidur nya di kelas tidak dapat diubah.

“jangan tidur di kelas lagi, mengerti?”

Jaejoong mengangguk kepalanya pasrah. Ia melihat sekeliling yang masih tertawa, sampai ia melihat seorang namja tampan yang tampak menyembunyikan senyumannya.

Jung Yunho? Tersenyum?

Memang terlihat aneh melihat Jung Yunho, si pangeran es yang benar- benar dingin. Walaupun raga nya selalu ada, namun aura nya seakan kosong. Tanpa sadar, Jaejoong tersenyum kecil yang menyebabkan seluruh siswa histeris.

Every day, in front of the mirror, I become your heart and I reflect myself
I learn how to awkwardly put on pretty makeup as if I didn’t put any on
You’re coming, you see me – even if I look somewhere else, I see you
I can’t look back like a child filled with fear

****

Bel telah berbunyi, menandakan sekolah telah usai. Seluruh siswa langsung berhamburan keluar kelas, begitu juga dengan Kim Jaejoong.

Bruk!

Jaejoong menoleh ke bawah, dan mendapati sebuah buku hitam yang keluar dari tas Yunho.

“hey, Yunho! Buku mu!” Panggil Jaejoong. Namun naas, sosok Yunho telah hilang dari pandangannya.

“ada apa dengan orang itu? Kenapa keluar kelas seperti orang kesetanan?”
Tanya Jaejoong pada dirinya sendiri, yang tentu tidak akan mendapat jawaban. Tanpa pilihan, Jaejoong memasukan buku itu ke dalam tas nya dan berlalu ke rumah.

Step by step, I want to go a bit lighter
Word by word, why is it so hard for me?

Jaejoong menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, sungguh ia merasa sangat lelah hari ini. Namun, entah ada apa, tiba- tiba ia terpikir dengan sebuah buku asing yang ia bawa, buku seorang lelaki bernama Jung Yunho. Dengan ragu, Jaejoong mengeluarkan buku itu dalam tas nya.

“apa tidak apa- apa ya?”

Jaejoong menggeleng pelan, tentu ia tidak boleh membuka barang pribadi milik orang lain. Namun rasa penasaraan nya mengalahkan segalanya. Sampai akhirnya, dengan keberanian, Jaejoong membuka sebuah lembaran dalam buku itu.

“m-mwo? Apa ini?”

Jaejoong membulatkan matanya tidak percaya. Siapapun pasti juga tidak akan percaya dengan apa yang ia lihat. Disana terdapat fotonya dalam berbagai pose yang di ambil secara diam- diam dengan bait- bait tulisan yang menyentuh hatinya.

‘My angel Kim Jaejoong’

‘I love you, I love you, I love you, I keep writing these three words’

‘and this is my beautiful Secret.’

Jaejoong menutup buku itu setelah melihat segala lembaran di dalamnya. Jaejoong mengadahkan kepalanya, sungguh ia tidak percaya, dan tidak ingin percaya.

“Yunho.. jangan- jangan dia..”

Jaejoong beranjak dari duduknya dan segera membuka nakas yang berada di samping kanan tempat tidur nya. Jaejoong mengambil hemparan surat yang selalu ia dapat di dalam loker nya.

“mungkinkah?”

Your scent is blowing over
Is your heart that you are sending like mine?

****

Jaejoong sampai di sekolah lebih pagi dari biasanya. Ia ingin memastikan siapa sebenarnya ‘penggemar rahasianya’. Dan tentu saja, pikirannya terus terbang menuju satu sosok, Jung Yunho.

Jaejoong membulatkan matanya. Ia melihat Yunho sedang berada tepat di depan loker nya. Dengan ragu, Jaejoong mulai berjalan mendekati Yunho.

“Jung Yunho? Apa yang kau lakukan?”

Yunho mengadah di tempat Jaejoong berada. Tangannya gemetar, terlihat jelas bahwa ia panik dan kaget. Tanpa persetujuan Jaejoong menyeret Yunho keluar dari gedung sekolah. Disinilah mereka sekarang, di belakang halaman sekolah.

“Yunho.. apakah ini punya mu?”

Jaejoong mengambil buku hitam itu serta surat- surat yang ia dapat. Yunho keringat dingin, ia seakan menjadi penjahat yang tersudut.

“ya, itu memang punya ku.” Jawab Yunho mencoba tenang. Dan sekarang Jaejoong lah yang gugup. Ia tidak tau harus menanggapi pernyataan jelas dari Yunho.

“w-wae?”

Because I love you, nae booJae.” Jawab Yunho mantap. ia tidak mau bertele- tele dengan membuat karangan, toh pada akhirnya Jaejoong juga akan tau perasaannya yang sesungguhnya.

“kau- kau tidak bohong?”

Yunho menggeleng. Entah hastrat dari mana, Yunho membungkukkan tubuhnya dan menyatukan bibirnya dengan bibir Jaejoong. Tanpa ia duga, Jaejoong menyinggungkan sebuah senyuman kepadanya.

“baguslah.”

Yunho memicingkan matanya. Ia sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran Jaejoong. Jaejoong menarik kerah Yunho, kemudian mengecup bibir hati Yunho cepat.

“karena aku… juga sudah menyukai mu sedari dulu.”

Your heart is coming to me
Again today, I memorize it into my dream
I’m listening to my heart
The sincere wind is filling up the entire room
Filling it and flowing out, flowing o ut

 

I have a lot of secrets now

 

(_Translation: Secret by IU_)

——————-END——————-

pendek banget ya? xD

ini ngerjainnya cuma 1 setengah jam~

ngebut~

mind to comment? 😀

{FF/YunJae/PG/Appa + Eomma =’Me’/Chapter 1}

Standard

Author              :CiffonCake

Title                  : Appa + Eomma = ‘Me’

Cast     :           YunJae, Changmin, Junsu, Yoochun & others

Rating               : PG 13 / flip

Genre               : Tentukanlah sendiri..

Chapter            :1/??

Sebenernya mau dipostwaktu ultah Changmin, tapi gajadi. hehe. Semoga suka,ya!!

=======================================================================

(Changmin’s POV)

Kriiiiiiiiiiiingg..

Berisik sekali. Jam wekerku sudah berbunyi. Tandanya aku harus bangun dan menjalani hariku. Aku membuka mataku perlahan dan mengucek-ucek mataku. Sinar matahari yang terik menyilaukan mataku.  Aku bangkit dari tempat tidurku dan mengambil kacamata yang ada di meja belajarku. Aku berlari mengambil handuk dan pakainku lalu mandi.

Aku berlari keluar kamar dan menurui tangga secepat mungkin. Ahh, itu ada Eomma dan Halmoni.

“Umma! Selamat Pagi! Sexy Halmoni, Selamat pagi!!!”

“Changmin! Jaga sopan santunmu! Dia itu nenekmu!” Ujar sang ibu menegur anaknya.
“Haha.., Bokong nenek kan memang sexy… hahaha!”

“Suahlah, Changmin. Cepat berangkat.Nanti kamu bisa terlambat!” Sang nenek yang begitu penyabar mengingatkan cucu kesayangannya itu.

“Tidak akaan! Aku kan punya kekuatan ulta! Aku akan sampai ke sekolah tepat waktu! Aku sudah memperhitungkannya, kok.” Aku berlari dan mengambil roti yang ada di meja makan. Aku bergegas menuju sekolah. Sebenarnya aku ingin makan lebih banyak, tapi aku tidak bisa membiarkan dia menunggu. Hari ini pasti akan sangat menyenangkan. Pikirku.

Aku menunggu di perempatan jalan seperti biasanya. Nah, itu dia.

“Ya! Yoochun! Di sini! Ayo cepat!” Aku melambai-lambaikan tanganku. Yoochun balas melambaikan tangannya dan menghampiriku.

“Oh, itu lampunya sudah merah. Ayo jalan.” Ajak Yoochun. Kami berjalan bersama menuju ke sekolah sambil membicarakan tentang video game yang baru saja dirilis oleh SM Game Entertaiment. Tanpa terasa, kami berdua sudah sampai di sekolah.

Aku masuk ke kelas dan melihat jam.

“Hei, kenapa kau menggeleng-gelengkan kepalamu seperti itu?” kata Yoochun sambil menepuk pundakku.

“Perhitunganku salah/” Jawabku sambil menundukkan kepala.

“Salah apanya?” Yoochun sepertinya kebingungan.

“Ternyata kita sampai di sekolah terlalu cepat. Padahal tadi aku sudah yakin kalu kita akan sampai tepat waktu.”

“Ooohh.. ternyata. Aku kira kau tidak mengerjakan pr mu.”

“Ahh, tentu saja tidak. Aku kan sudah berjanji pada Eomma agar rajin belajar dan menjadi orang hebat suatu saat nanti.” Jelasku sambil membusungkan dada.

“Yahh, padahal tadi aku sudah agak senang kau tidak mengerjakan pr. Hehe. Aku lupa bawa pr matematike,nih.”Kata Yoochun sambil menggaruk-garuk kepalanya.

KRIIIIIIIIINNGGGGGG

Bel sekolah kami yang bunyinya begitu keras itu berbunyi. Pelajaran hari ini cuklup menyenangkan. Pelajaran pertama adalah Matematika, lalu setelah itu Sains. Yang berikutnya sih menurutku biasa saja. Tapi yang jelas tidak ada pelajaran olahraga. Ynag jelas aku sangat senang.

Tapi tiba-tiba, pak guru menumumkan hal yang sangat membuatku kebingungan.

“Tepat satu minggu lagi akan diadakan seleksi untuk mengikuti olimpiade olahraga se Korea Selatan. Semua siswa wajib ikut “ Aku begitu pusing memikirkan hal ini. Sampai jam istirahat pun aku tak bisa berhenti memikirkannya. Apa yang harus kukatakan pada eomma?  Dia pasti akan kalang kabut memikirkan bagaimana caranya agar aku tidak harus ikut seleksi itu. Kalau dia stress karena aku bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?

“Kenapa terdiam begitu?” Yoochun mengagetkanku. Aku hanya menggeleng dan menekuk bibiku.

“Ahh.., aku tau. Pasti karena pengumuman yang tadi ya? Tenang saja.. Aku akan berusaha membantu utnuk mencari solusinya.” Ucapan Yoochun mengagetkanku. Aku hanya membalas perkataannya itu dengan senyuman dan kembali menundukkan wajahku.

Tanpa disengaja, saat kami berjalan, aku menabrak seseorang. Sepertinya aku belum pernah melihatnya.

“Ahh.. Mianhamnida.. Naneun, Lee Soonkyu  imnida.  Aku murid baru di sini. Salam kenal..” sambil menggaruk-garuk kepalanya dan tersenyum malu. Dia mendongak ke atas dan menatap wajahku. Awalnya dia tersenyum malu, namun raut wajahnya berubah seperti orang yang sangat ketakutan.

Aku tidak berani mengatakan apa-apa. Aku hanya menatapnya dan membisu. Dia mulutnya dengan mata terbelalak lalu berteriak. Dia membalik badannya dan berlari secepat kereta listrik.

Aku memandang wajah Yoochun.

“Kenapa dia?”

“Tidak tau.” Jawab Yoochun sambil mengangkat bahunya. “Mungkin dia melupakan sesuatu untuk dihadiahkan padaku. Itu yang biasa terjadi saat seorang yeoja melihat wajahku yang tampan ini.”

Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya itu lalu tertawa bersamanya dengan terbahak-bahak.Meskipun begitu, aku tahu dia hanya berbohong. Aku sendiri juga sudah tahu mengapa gadis tadi berteriak ketika melihat wajahku. Untung saja kami berada tidak di tempat yang tak terlalu ramai. Dia hanya tidak ingin membuatku merasa sedih. Dia memang sahabat baikku.

“Tapi… dia siapa ya? Sepertinya aku tak pernah melihatnya di sekolah ini?” Tanyaku pada Yoochun sambil menggaruk-garuk kepala.

“Hmm.. kudengar memang ada anak baru yang berada satu tingkat dibawah kita. Mungkin itu dia.”

“ohh..”

“Tapi kalau satu tingkat dibawah kita, berarti dia seumuran denganmu dong.”

“Mungkin..”

(Changmin’s POV End)

(Author’s  POV)

Sementara sang anak sedang bersekolah,  sang ibu, Kim Jaejoong bergegas berangkat kerja. Dia yang bekerja sebagai dokter kepala sebuah rumah sakit yang ada di Desa Chungnam.

“Eomma, Aku pergi dulu.” Ucap Jaejoong lembut kepada ibunya tercinta.

“Oh, baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan, ya!”  Ibu angkatnya itu, Kim Junsu menjawabnya dengan senyuman.

Jaejoong bergegas menaiki mobilnya dan mengendarainya menu rumah sakit itu. Sesampainya di rumah sakit, Jaejoong berlari menuju ruangannya.

Sementara itu,  dikabarkan bahwa hari itu akan datang seorang pejabat muda dari pemerintah  untuk melihat fasilitas kesehatan di Chungnam. Kabarnya, pejabat itu juga akan dicalonmnkan sebagai anggota parlemen yang baru. Dia akan datang ke rumah sakit tempat Jaejoong bekerja.

Saat jam makan siang,  Jaejoong pergi ke kafetaria bersama temannya, Park Heebon. Seorang dokter di bagian ortopedi.

“Kau mau pesan apa?” Tanya Heebon.

‘Hmm.. aku pesan Ramen porsi mini saja.” Kata Jaejoong sembari menunduk “Oh, iya. Tidak usah terlalu pedas, ya/”

“Hah? Tidak biasanya kau seperti ini. Ada apa denganmu? Biasanya kau kan memesan ramen dengan porsi super besar yang super besar. Ada kau sedang sakit.”

“Tidak.” Jawab Jaejoong sambil tersenyum memandangi wajah Heebon yang terlihat sangat khawatir.

“Lalu kenapa kau jadi seperti ini?”  Tanya Heebon lagi dengan alis mengernyit.

“Tidak, aku juga tidak tahu mengapa. Tapi, tiba-tiba napsu makanku hilang. Mianhae.”

“Gwaenchana, kalau ada masalah, ceritakan saja padaku. Aku akan selalu siap untuk membantumu.” Senyum lebar memancar dari wajah Heebon.

“Ahh.., gomawo.”  Jawab Jaejoong sambil membalas senyuman Heebon.  Tiba-tiba, handphone Jaejoong berbunyi.

“Ahh, aku mengangkat telepon dulu, ya. “ Jaejoong mengambil handphone yang ada di dalam tasnya dan berjalan keluar menjauhi kafetaria itu.

“Yobosaeyo? “

“Oh, Jaejoong!”

“Eomma, ada apa?”

“Sepertinya kau meninggalkan dompetmu.”

“Mwo?” Jaejoong langsung merogoh kantong jas putihnya dan  baru menyadari kalau kantongnya itu kosong.  “Apa kau mau aku bawakan ke ke sana?”

“Ah, tidak usah. Biar aku saja yang mengambilnya ke rumah.” Ucap Jaejoong sambil menghilangkan rasa paniknya.

“Oh, iya. Kau sudah makan? Eomma buatkan bekal,ya?  Kau pasti lelah bekerja begitu kerasnya demi aku dan anakmu.” Ucap Junsu dengan begitu ramah dan lembut.

“Tidak usah. Aku sudah makan kok.Lagipula aku tidak akan merasa lelah dengan pekerjaan ini. Ini memang sudah menjadi kesenanganku.”

“Oh, baiklah kalau begitu.”

Dari kejauhan, seorang pria gagah dan tinggi memperhatikan gerak-gerik Pria itu ditemani oleh 2 orang pria berbaju hitam yang tingginya hamper sama dengannya.  Jaejoong.. Seolah ingin memastikan kalau yang sedang ia lihat adalah Jaejoong. Setelah ia yakin bahwa itu memang benar-benar orang yang dia kenal, dia menunggu sampai Jaejoong menutup teleponnya.

“Tolong jangan ikuti aku. Kita akan bertemu di sini sekitar satu jam lagi. Kalian boleh istirahat dulu.”  Katanya pada para bodyguard itu.

“Ye.” Jawab mereka serempak. Kedua bodyguard itu pergi meninggalkan Yunho. Namun setiap beberapa detik mereka berjalan, mereka melihat kea rah Yunho untuk memastikan agar dia tetap aman.

Yunho menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya pada kedua bodyguard itu. “Tenang saja, aku akan baik-baik saja.” Bisiknya pelan. Lalu, ia membalikkan pandangannya dan mendapati Jaejoong sudah selesai bertelepon.

Iapun tersenyum dan berteriak, “Ya! Jaejoong-ah!”

Jaejoong memasukkan handphone-nya ke dalam tas dan melihat sesesok pria yang sangat ia kenal dengan baik. Melihat wajah yang begitu begitu ia kenal itu, matanya terbelalak dan bergegas lari menyusuri lorong di rumah sakit itu.

“Ya! Jaejoong-ah! Tunggu! Jangan pergi! Ini aku!” Yunho berlari mengikuti Jaejoong dan memanggil-manggil namanya. Apa dia lupa dengan wajahku? Atau dia terlalu gugup untuk bertemu denganku lagi? Yunho begitu tidak mengerti apa yang sedang Jaejoong pikirkan.

Sementara itu, jaejoong sedan berusaha kabur dari Yunho begitu kebingungan dan ketakutan. Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus aku katakana padanya? Aku tidak mungkin terus menerus berlari seperti ini. Pikiran-pikiran itu terngiang-ngiang di kepala Jaejoong. Jaejoong pun menggelngkan kepalanya.

“Aniyo, aku harus melakukan sesuatu.Aku harus mengusirnya dan membuatnya berhenti mencari dan mengejarku seperti ini. Benar. Aku harus melakukannya.  Tidak peduli beban apa yang harus aku tanggung karena melakukan ini, aku tetap harus melakukannya. Ucap Jaejoong pada dirinya sendiri.

Jaejoong menghentikan larinya. Ia menunduk sesaat, mengambil handphone dan mengetik secepat yang ia bisa.  Ia menarik dapasnya dalam-dalam. Mempersiapkan dirinya untuk melangsungkan rencananya. Ia pun menoleh kebelakang. Yunho pun mulai memperlambat gerakannya. Ia menatap Jaejoong sambil tersenyum.

“Ya, kau masih ingat aku kan?”

“Tentu saja. Bagaimana aku bisa melupakan wajah bodohmu itu?”

“Ahh, syukurlah.” Yunho menjulurkan tangannya menawarkan Jaejoong untuk berjabat tangan. “oraemaniyeyo”

“Cih, sopan sekali. Tidak usah repot-repot memintaku untuk berjabat tangan.denganmu. Langsung saja. Apa yang kau inginkan dariku. Tidak usah terlalu banyak berbasa-basi.”

“Bogoshipeoyo…” ucap Yunho sambil merangkul Jaejoong. Wajah Jaejoong merah padam. Jantungnya berdetak sangat cepat. Tapi Jaejoong tahu bahwa ia harus menyingkirkan perasaannya itu.

“A-apa yang kau lakukan?” ucap Jaejoong setengah berteriak sambil mendorong tubuh Yunho keras-keras. “Dasar pria kurang ajar. Inilah sebabnya aku sangat membenci para pria.”

“A-apa maksudmu? Bukankah status kita masih sah suami-istri? Tentu saja aku bebas memelukmu. Apa kau tidak merindukanku?”

“Tentu saja tidak. Untuk apa aku merindukan bajingan sepertimu? Sungguh tidak ada gunyanya bagiku.”

“O-oke. Tenang dulu. Kumohon jangan marah padaku. Aku hanya memintamu untuk menjawab satu pertanyaan. Setelah itu, aku akan pergi.”

“Apa?”

“Dimana anak kita? Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan? Aku sangat ingin melihatnya.” Ucap Yunho dengan penuh harap.

“Anak? Anak siapa? Anak kita? Sepertinya kita tidak punya anak. Aku yang punya anak. Lagipula, bukannya kau tidak pernah peduli pada kami berdua? Cih, sangat menyedihkan. Kau hanya membantuku merawatnya selama satu bulan lalu pergi begitu saja tanpa memberitahuku apa yang terjadi.”

Tiba-tiba, seorang gadis muda berpakaian suster datang menghampiri kedua orang yang sedang berdebat itu.

“Jaejoong-ah, apa yang terjadi? Apa kalian sedang bertengkar? Siapa pria ini?” tanyanya.

“Oh, Jessica. Kau sudah datang.” Ucap Jaejoong, lalu Jaejoong merangkul bahu Jssica. “Ya, Yunho-sshi.  Ada yang ingin aku beritahukan padamu. Ini aadalah Jessica. Dia adalah pacarku yang sekarang.” Ujar Jaejoong sambil tersenyum licik.

“M-Mwo?!” Yunho dan Jessica sangat terkejut dengan ucapan Jaejoong itu.

“Kau bercanda kan? Mana mungkin kau berpacaran dengan seorang wanita. Ku bukan gay kan? “ Tanya Yunho dengan agak tergagap.

“Nde. sebenarnya…” Jessica berusaha menjelaskan bahwa yang dikatakan Jaejoong adalah kebohongan belaka. Namun Jaejoong menginjak kaki Jessica sebagai isyarat agar dia tidak mengucapkan apa-apa.

“Bukankah aku sudah mengatakannya tadi? Aku membenci semua pria. Kalian hanya bisa berbuat tapi tak bisa bertanggung jawab. Kalian tidak pernah mempedulikan perasaan orang lain. “

Yunho memengang kedua bahu Jaejoong dan menggoyang-goyangkannya.

“Tolong, katakana bahwa itu semua hanya kebohongan semata. Jangan menipuku seperti ini. Jangan membuatku bingung seperti ini. Jebal..”

Jaejoong hanya tersenyum dan menutup matanya. Ia menahan emosinya dan mencoba untuk menenangkan diri. Sesaat kemudian , ia berteriak “Satpan..!, Satpan..! Toloooong! Ada yang mau mencuri tasku..!!”

Lalu, seorang satpam datang menghampiri ketiga orang itu.

“Apa? Dimana, nyonya?” Yunho terkejut dan dalam sekejap, Yunho langsung melepas genggaman tangannya dari bahu Jaejoong.

“Ini dia orangnya. Dia memaksaku menyerahkan tas dan segala hartaku. Dia mengancam akan membunuhku jika tidak memberinya semua itu.” Jelas Jaejoong.

“Apa-apaan ini? Apa maksudnya? Aku mengenalnya. Kami sudah saling mengenal sejak lama! Tidak mungkin aku mau mengambil barang-barangnya!”Yunho berusaha membela dirinya.

“Apa kau mengenalnya, nyonya?” Tanya satpam itu.

“Tidak, Tidak. Aku sama sekali tidak pernah bertemu dengannya,apalagi mengenalnya. Dia hanya berbohong! Di dunia yang kejam ini mana ada pencuri yang mengakui perbuatannya! Kumohon, tangkap dia. Lihat saja wajahnya! Sepertinya dia benar-benar ingin mengambil barang-barangku.”ucap Jaejoong dengan nada ketakutan sambil bersembunyi di balik tubuh Jessica dan menunjuk ke arah Yunho.

Satoam itu mencengkram lengan Yungo dan menariknya.

“Ayo, ikut aku ke kantor polisi. Banyak yang harus kau jelaskan pada polisi mengenai apa  yang telah kaulakukan pada Dokter kepala.”Ujar Satpam itu sambil menggiring Yunho.

Yunho hanya bisa menatap ke arah Jaejoong dengan muka memelas. Ada apa ini? Kenapa kau bersikap seperti ini padaku..? Setelah semua yang kita lewati bersama.., mengapa kau begitu banyak berubah? Pandangannya seolah mengisyaratkan kata-kataitu.  Jaejoong melambaikan tangannya pada Yunho dan tersenyum lebar. Ia pun menarik napas lega dan berjalan kembali ke kafetaria.

iAuthor’s POV End)

===============================================================================

(To Be Continued)

Mind to comment? Maaf kalau FF saya masih banyak cacatnya.. hehe